JAKARTA. Badan Pelaksana Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyatakan tidak akan mengalihakan gas dari PT Chevron PacificIndonesia (CPI) kepada PLN. Sebagai gantinya, perusahaan listrik pelat merah itu akan mendapatkan pasokan gas dari PT Kalila Bentu. Potensi volume gas yang akan diperoleh PLN mencapai 80 juta kaki kubik pehari (mmscfd). "Mereka sedang negosiasi. Kalila Bentu berlokasi di Jambi, lokasinya dekat dengan Chevron," ujar Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana, akhir pekan lalu.Sayangnya, Gde masih belum dapat memastikan kapan gas dari Kalila akan mengalir untuk PLN. Menurutnya, hal itu sesuai dengan kesepakatanantara Kalila dan PLN. Jika sudah ada kesepakatan perjanjian jual beli gas maka akan diketahui kapan gas bakal mengalir. "Nanti jika kontrak sudah ditandatangani akan tahu berapa lama butuh pengembangan gasnya," jelasnya.Menurut Gde, alasan BP Migas tidak akan mengalihkan pasokan gas dari Chevron, sebab CPI masih membutuhkan gas dengan volume yang cukup besar. Apalagi, saat ini CPI belum mendapatkan jumlah gas yang sesuai untuk menaikkan produksi minyak miliknya. "Kebutuhan gas Chevron cukup besar dari 440 mmscfd, baru tercover sebesar 380 mmscfd," ungkapnya.Sebelumnya, PGN meminta pemerintah mengembalikan aliran gas kepada PLN sebesar 100 mmscfd. Namun, pemerintah memutuskan gas yang seharusnya didistribusikan oleh PGN kepada PLN, terpaksa harus dialihkan kepada CPI. Tujuannya untuk menggenjot produksi minyak mentah Indonesia supaya mencapai target.Merujuk kepada data BP Migas, perusahaan migas asal AS tersebut harus menyumbang kontribusi produksi minyak sebesar 370.000 barel perhari(bph) supaya produksi minyak nasional mencapai 970.000 bph. Namun, pada kenyataannya produksi CPI terus melorot. CPI hanya mampumemproduksi minyak sebesar 950.000 bph. "Posisi saat ini produksi nasional 916.000 bph. Pada bulan Juni diperkirakan produksi akan tembus 923.000 bph, dan hingga akhir tahun bisa mencapai 933.00 bph sampai 945.000 bph," tutur Gde.
PLN dapat pasokan gas dari Kalila sebagai ganti gas Chevron
JAKARTA. Badan Pelaksana Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyatakan tidak akan mengalihakan gas dari PT Chevron PacificIndonesia (CPI) kepada PLN. Sebagai gantinya, perusahaan listrik pelat merah itu akan mendapatkan pasokan gas dari PT Kalila Bentu. Potensi volume gas yang akan diperoleh PLN mencapai 80 juta kaki kubik pehari (mmscfd). "Mereka sedang negosiasi. Kalila Bentu berlokasi di Jambi, lokasinya dekat dengan Chevron," ujar Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana, akhir pekan lalu.Sayangnya, Gde masih belum dapat memastikan kapan gas dari Kalila akan mengalir untuk PLN. Menurutnya, hal itu sesuai dengan kesepakatanantara Kalila dan PLN. Jika sudah ada kesepakatan perjanjian jual beli gas maka akan diketahui kapan gas bakal mengalir. "Nanti jika kontrak sudah ditandatangani akan tahu berapa lama butuh pengembangan gasnya," jelasnya.Menurut Gde, alasan BP Migas tidak akan mengalihkan pasokan gas dari Chevron, sebab CPI masih membutuhkan gas dengan volume yang cukup besar. Apalagi, saat ini CPI belum mendapatkan jumlah gas yang sesuai untuk menaikkan produksi minyak miliknya. "Kebutuhan gas Chevron cukup besar dari 440 mmscfd, baru tercover sebesar 380 mmscfd," ungkapnya.Sebelumnya, PGN meminta pemerintah mengembalikan aliran gas kepada PLN sebesar 100 mmscfd. Namun, pemerintah memutuskan gas yang seharusnya didistribusikan oleh PGN kepada PLN, terpaksa harus dialihkan kepada CPI. Tujuannya untuk menggenjot produksi minyak mentah Indonesia supaya mencapai target.Merujuk kepada data BP Migas, perusahaan migas asal AS tersebut harus menyumbang kontribusi produksi minyak sebesar 370.000 barel perhari(bph) supaya produksi minyak nasional mencapai 970.000 bph. Namun, pada kenyataannya produksi CPI terus melorot. CPI hanya mampumemproduksi minyak sebesar 950.000 bph. "Posisi saat ini produksi nasional 916.000 bph. Pada bulan Juni diperkirakan produksi akan tembus 923.000 bph, dan hingga akhir tahun bisa mencapai 933.00 bph sampai 945.000 bph," tutur Gde.