KONTAN.CO.ID - BANDUNG. PT PLN (Persero) melalui subholding PLN Energi Primer Indonesia (EPI) berencana mengembangkan infrastruktur Liquefied Natural Gas (LNG) di lima klaster wilayah yaitu di Nias, Sulawesi - Maluku, Nusa Tenggara, Papua Selatan - Kalimantan, Papua Utara. Sebelumnya, rencana proyek gasifikasi atau penyediaan infrastruktur midstream LNG ini akan dibagi ke dalam 4 klaster yakni Nias, Papua Utara, Sulawesi-Maluku, dan Nusa Tenggara. Total daya yang akan dikonvesi sekitar 2.278 megawatt (MW) dan akan membutuhkan pasokan gas sebesar 151 BBTUD atau setara dengan 18 standar kargo LNG setiap tahunnya. Dengan adanya program ini, akan mengurangi penggunaan BBM sekitar 1,7 juta kiloliter per tahun.
Baca Juga: Jawa Barat Kekurangan Pasokan Gas, Begini Upaya PGN Direktur Gas dan BBM PLN Energi Primer Indonesia Rakhmad Dewanto mengatakan, alasan penggabungan Papua Selatan dan Kalimantan menjadi satu klaster karena demand di Papua selatan terlalu kecil. Sebab, untuk mengkonversi BBM menjadi LNG batasannya adalah harganya tidak boleh lebih dari BBM. "Demand-nya kecil, lokasi logistiknya agak rumit, dan terlalu mahal costnya," kata Rakhmad saat ditemui di Forum Gas Bumi di Bandung, Rabu (19/6). Untuk saat ini, Rakhmad menyampaikan kluster yang sudah mendapatkan partner (mitra) adalah Nias, Sulawesi - Maluku, Nusa Tenggara. "Final Investment Decision (FID) diharapkan selesai pada Oktober-November, tahun depan ketiga klaster tersebut sudah mulai konstruksi," ujar Rakhamd. PLN EPI bersama mitra terpilih akan mengerjakan desain, pendanaan, pembangunan, dan operasi infrastruktur midstream LNG yang mencakup floating/onshore regas terminal dan kapal pengangkut LNG. Diberitakan sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengalokasikan sekitar 76 kargo gas alam cair atau liqufied petroleum gas (LNG) untuk PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.