PLN Enjiniring dan ThorCon kerjasama, pembangunan prototipe PLTT segera dimulai



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PLN Enjiniring dan ThorCon International Pte., Ltd menandatangani nota kesepahaman dalam rangka melakukan studi kelayakan, grid study, dan studi tapak untuk calon Independent Power Producers (IPP) Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia.

Hal ini untuk memenuhi permintaan pemerintah yakni melakukan beberapa kajian guna mempersiapkan pembangunan prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) dengan target operasi secara komersial di tahun 2028. Keberadaan PLTT juga diharapkan memiliki nilai keekonomian yang kompetitif dengan batubara.

Thorcon International menggandeng PLN Enjiniring karena perusahaan ini memiliki sumber daya dengan kompetensi yang tinggi dan standar internasional. PLN Enjiniring juga berpengalaman di berbagai aspek mulai dari perencanaan sampai dengan konstruksi pada sektor ketenagalistrikan serta memiliki sinergi yang baik dengan induk usahanya, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).


Baca Juga: Selamat, pelaku usaha juga dapat stimulus tagihan listrik, simak detailnya

Ke depannya, ThorCon International akan melakukan transfer know-how kepada PLN Enjiniring guna dapat memahami teknologi Thorium Molten Salt Reactor (TMSR) sebagai implementasi nota kesepahaman tersebut.

Dengan adanya dukungan kuat dari Gubernur Kepulauan Bangka Belitung untuk pengembangan prototipe PLTT, maka lokasi tapak diharapkan dapat dilakukan di wilayah Pulau Bangka. Ini juga sebagai upaya mendukung rencana pemprov untuk mengembangkan industri berbasis logam tanah jarang yang mana thorium termasuk mineral ikutan.

Rencana penempatan PLTT di Bangka bukan saja nantinya dapat memasok seluruh kebutuhan listrik masyarakat dan menumbuhkan industri, melainkan juga dapat memasok listrik ke Sumatera yang memiliki pertumbuhan industri yang cukup tinggi.

Harapannya, biaya pokok penyediaan (BPP) listrik di  Provinsi Babel dapat turun dengan adanya PLTT tersebut sehingga meningkatkan daya saing industri. Saat ini, BPP Babel dua kali lebih tinggi dari BPP Sumatera Selatan.

Kepala Perwakilan ThorCon International Bob S. Effendi berharap, seiring adanya permintaan Gubernur Babel, pemerintah dapat segera menetapkan wilayah Pulau Bangka sebagai lokasi pembangunan prototipe PLTT sehingga semua pekerjaan edan studi tersebut dapat dikerjakan.

Walau Indonesia adalah negara kaya akan energi, tetapi sebagian besar energi primer nasional berasal dari energi berbasis fosil, khususnya batubara. Padahal, sumber energi fosil di Indonesia sudah mulai habis.

Mengingat pula bahwa terdapat komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi, maka Indonesia memiliki kebutuhan untuk mencari pengganti sumber energi fosil. Dalam hal ini, energi tersebut dapat berfungsi sebagai baseload dan dapat beroperasi 24 jam tanpa pengaruh cuaca, tidak menghasilkan emisi CO2, serta dapat menggantikan batubara yang saat ini masih menjadi sumber energi andalan.

Thorium sebagai salah satu opsi energi hijau dapat menjadi salah satu sumber energi primer yang layak dipertimbangkan. Ini mengingat sumber daya thorium sebagai mineral ikutan timah sangat berlimpah yang mana banyak pakar menduga cukup untuk 1.000 tahun ke depan.

“Hingga saat ini thorium belum dimanfaatkan sehingga berpotensi menjadi solusi bagi transisi energi menuju ekonomi Indonesia rendah karbon 2050,” ungkap Bob dalam siaran pers yang diterima Kontan, Rabu (12/8).

Sementara itu, Direktur Utama PLN Enjiniring Hernandi Buhron merasa bangga pihaknya dapat terlibat dalam pengembangan PLTT yang diinisiasi oleh ThorCon International. Ia juga berharap penandatanganan MoU ini merupakan dasar untuk melanjutkan kerja sama yang konkret dalam waktu dekat.

Posisi PLN Enjiniring dalam pekerjaan ini adalah mendukung penuh program pemerintah dalam meningkatkan bauran energi yang mana target energi baru terbarukan (EBT) mencapai 23% di tahun 2025.

Hal ini sejalan pula dengan program transformasi PLN sebagai induk usaha yaitu Green, Lean, Innovative, dan Customer Focus.

“Harapan kami, penandatanganan MoU ini juga akan membawa dampak positif dan memberi nilai tambah bagi kedua perusahaan serta dapat memberikan kemajuan berarti bagi Indonesia secara keseluruhan untuk mencapai kesejahteraan melalui swasembada energi, terutama energi hijau,” kata Hernandi.

Bob menambahkan, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan PLTT di Indonesia. Sebab, tidak ada regulasi yang melarang pembangunan PLTN. Selain itu, PLTN merupakan teknologi yang sudah matang dan lebih dari 50 tahun.

Sebanyak 450 unit PLTN telah beroperasi di 30 negara di dunia dan terus bertambah. Bahkan, faktanya berdasarkan kematian per terra watt hour, PLTN adlaah yang terkecil atau yang teraman.

Tak hanya itu, faktanya Indonesia sudah mengoperasikan 3 reaktor nuklir sejak tahun 1965 dan memiliki 2 lembaga nukir, 2 universitas yang setiap tahunnya meluluskan ratusan sarjana nuklir dan puluhan profesor nuklir yang berpengalaman dan berkelas dunia.

“Indonesia juga telah memiliki Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) sejak 1998 sebagai regulator yang menjamin PLTN yang beroperasi aman dan selamat,” imbuh Bob.

Baca Juga: Heboh tagihan listrik pelanggan 900 VA Rp 19 juta, ESDM: Hanya bayar Rp 1 juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat