KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT PLN Indonesia Power (PLN IP) menargetkan peningkatan implementasi cofiring biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai green booster dalam mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT). Salah satu PLTU yang telah mengadopsi pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar pengganti batubara yakni PLTU Adipala yang memanfaatkan berbagai limbah dari kayu hingga uang kertas. Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar mengatakan, dalam menerapkan cofiring PLTU Adipala telah melakukan inovasi dengan memanfaatkan berbagai sumber biomassa, mulai dari kayu hasil sebuk gergaji hingga limbah racik uang kertas (LURK), hal ini sejalan dengan program pemerintah dalam menurunkan emisi.
"PLTU Adipala dalam kondisi yang sangat baik, satu hal yang memang saya apresiasi adalah program dimana program pemerintah ini sudah dilaksanakan oleh PLN IP dengan baik termasuk PLTU Adipala. Saat ini PLTU Adipala sudah melakukan program cofiring, dengan menggunakan limbah limbah, baik dari gergajian kayu maupun limbah uang kertas, ini menarik," jelas Wanhar dalam keterangan resmi, Sabtu (10/2). Menurut Wanhar, pemanfaatan LRUK merupakan terobosan terbaru dan pasokannya terjamin, sebab berdasarkan data Bank Indonesia, dalam satu tahun ada 6.000 ton limbah racik uang kertas (LURK). "Cofiring dengan limbah uang kertas ini pertama kali saya denger, ini juga menarik sebagaimana yang kita ketahui uang akan selalu ada, ya walaupun sudah ada emoney. Kalau dari penjelasan Bank Indonesia (BI) ini cukup sustain, karena ada sekitar 6.000 ton pertahun, mudah-mudahan akan menjadi alternatif biomasa yang akan memenuhi cofiring di PLTU Adipala," ungkapnya.
Baca Juga: PLN Tambah Daya 60 MVA untuk Smelter Milik PT Freeport Indonesia Sementara itu, Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan, PLN Indonesia Power terus kejar target bauran EBT sebesar 23% di tahun 2025. Salah satunya melalui program cofiring, termasuk di PLTU Adipala. Program ini dijadikan sebagai salah satu green booster dalam program percepatan peningkatan energi terbarukan dengan minimum investasi dikarenakan menggunakan fasilitas yang sudah ada. “Selain terus menggali potensi EBT di Indonesia, kami juga jalankan program cofiring yang dijadikan sebagai salah satu green booster dalam program percepatan peningkatan energi terbarukan. Tak hanya itu, kami juga terus mencoba beberapa alternatif bahan baku cofiring, salah satunya dengan LRUK dan berhasil,” kata Edwin.
Saat ini PLTU Adipala terus menaikan target tonase dan kWh green untuk cofiring hingga 5%. Maka dari itu diperlukan tambahan material bahan bakar dari berbagai jenis biomassa, salah satunya adalah pemanfaatan LRUK yang bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) Purwokerto di tahun 2023. PLTU Adipala pun mendapat perhatian dari Komisi VII DPR RI dan Kementerian ESDM setelah beberapa waktu lalu mendapatkan piagam penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas penggunaan limbah racik uang kertas (LRUK) terbanyak yaitu sebanyak 100 ton yang dijadikan untuk cofiring atau subtitusi energi primer PLTU. Berdasarkan data BI tahun 2021, rata-rata LRUK yang dihasilkan hampir 6.000 ton per tahun. Nilai kalor LRUK cukup tinggi yaitu 3.901 kCal/kg (ar), jika dibandingkan dengan biomassa sawdust yaitu sekitar 2.500 kCal/kg (ar), sehingga dalam 1 tahun dapat dihasilkan energi sebesar 21.679.027,3 MCal atau 25.201,9 MWh. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat