KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT PLN (Persero) menindaklanjuti 14 rencana kerja sama yang dikantongi selama gelaran Conference of the Parties (COP) 28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) pada 30 November-12 Desember 2023. Executive Vice President Komunikasi Korporat & TJSL PLN, Gregorius Adi Trianto, mengatakan bahwa PLN tengah bergerak cepat memperdalam dan mengkaji lebih lanjut tiap substansi bersama mitra yang terlibat, termasuk jumlah pendanaan yang akan diinvestasikan kepada PLN. “Dengan semangat kolaborasi, PLN optimistis tiap kerja sama hasil dari COP 28 di Dubai akan segera diimplementasikan dan berdampak signifikan terhadap komitmen
Net Zero Emissions (NZE) pada Tahun 2060 atau lebih cepat,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (18/12). Kerja sama yang didapat oleh PLN berupa dukungan kepada PLN, mulai dari finansial sampai dengan
capacity building dalam agenda transisi energi.
Baca Juga: Beban Biaya Produksi Listrik EBT Masih Tinggi Seluruh kerja sama yang berhasil peroleh mencakup pengembangan ekosistem akselerasi energi baru terbarukan (EBT) di tanah air, utilisasi limbah FABA dari PLTU milik PLN, dukungan finansial bagi PLN, pensiun dini PLTU, hingga program
capacity building untuk PLN. Kerja sama tersebut tak hanya dilakukan dengan entitas nasional tapi juga multinasional. Keempat belas kerja sama tersebut antara lain sebagai berikut. Pertama, PT PLN (Persero) menyepakati kerja sama dengan The US National Renewable Energy Laboratory (NREL) terkait studi pengembangan
control center PLN. Kedua belah pihak juga akan mengkaji integrasi sistem jaringan Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Tiga wilayah tersebut memiliki potensi EBT yang besar sehingga diperlukan sistem jaringan integrasi agar seluruh pasokan listrik bisa dialirkan kepada seluruh masyarakat. Kedua, PT PLN (Persero) menyepakati kerja sama dengan Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP) dalam pengembangan proyek potensial dalam penurunan emisi karbon secara signifikan dalam sektor ketenagalistrikan. PLN bersama GEAPP akan mengakselerasi pencapaian transisi energi yang berkeadilan dan target
net zero infrastruktur kendaraan listrik dan juga pengembangan EBT di Indonesia. Ketiga, PT PLN (Persero) menyepakati kerja sama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) dan KfW untuk memanfaatkan
Project Development Facility (PDF) yang dikelola oleh PT SMI untuk proyek-proyek Pumped Storage Hydroelectric Power Plant dalam rangka percepatan transisi energi di Indonesia. Nantinya KfW bersama PT SMI akan memberikan dukungan dalam bentuk Feasibility Study dan Environmental & Social Scoping pada tahapan persiapan proyek PLTA Grindulu Pumped Storage 4×250 MW dan PLTA Sumatera Pumped Storage 2×250 MW. Keempat, PT PLN (Persero) bersama Cirebon Electric Power (CEP), Asian Development Bank (ADB), dan Indonesia Investment Authority (INA) bersinergi dalam percepatan pemensiunan operasional PLTU Cirebon pada Desember 2035, lebih awal daripada Juli 2042. Upaya ini mampu menghindarkan emisi hingga 30 juta ton CO2. Kelima, PT PLN (Persero) bersama Masdar perusahaan energi asal Uni Emirat Arab (UEA) sepakat untuk memperkuat kerja sama dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia. Setelah sukses membangun PLTS Terapung Cirata, keduanya sepakat untuk melakukan kajian menambah kapasitas PLTS Terapung Cirata dan pengembangan bisnis energi untuk pasar internasional.
Baca Juga: Masih Banyak Tantangan untuk Turunkan Harga Listrik EBT Keenam, PT PLN (Persero) bersama Pupuk Indonesia melakukan studi pengembangan ekosistem
green hydrogen dan green ammonia untuk membangun Green Hydrogen Plant (GHP) yang akan disuplai dari PLTS dan listrik dari grid PLN yang didukung layanan Renewable Energy Certificate (REC). Green hydrogen yang dihasilkan direncanakan akan dikonversi di Ammonia Plant Pupuk Kujang menjadi green ammonia. Ketujuh, PT PLN (Persero) bersama Pupuk Indonesia menggandeng ACWA Power, perusahaan asal Arab Saudi untuk berkolaborasi dalam pengembangan industri hidrogen hijau dan amonia hijau terintegrasi di Gresik. Dalam kolaborasi ini,
Green Hydrogen Plant (GHP) akan mendapatkan pasokan listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Green Hydrogen, kemudian dikonversi menjadi Green Ammonia di Ammonia Plant di Petrokimia Gresik. Green Ammonia dapat digunakan untuk menjadi bahan baku pupuk dan pemanfaatan lainnya. Kedelapan, PT PLN (Persero) menyepakati kerja sama dengan ACWA Power dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di wilayah Jawa Barat dan Sumatera Barat. Memanfaatkan Danau Singkarak, Sumatera Barat dan Waduk Saguling Jawa Barat, PLN akan mereplikasi kesuksesan PLTS Terapung Cirata. Hal ini dilandasi oleh potensi surya di Indonesia yang besar dan luasan permukaan danau di Indonesia yang bisa digunakan untuk mengakselerasi EBT. Kesembilan, PT PLN (Persero) menyepakati kerja sama dengan Elsewedy Electric, perusahaan listrik asal Mesir, untuk mengembangkan teknologi
smart grid yang bisa mengintegrasikan sistem kelistrikan, menghubungkan sumber-sumber energi baru terbarukan (EBT) ke pusat beban listrik dan menjadi solusi intermitensi pada pembangkit listrik EBT, seperti angin dan surya. Selain itu, di sisi hilir, kolaborasi ini mengakselerasi penerapan teknologi smart meter untuk meningkatkan customer experience. Kesepuluh, PT PLN (Persero) menyepakati kerja sama dengan perusahaan asal Perancis, Hydrogen De France (HDF Energy) dalam pengembangan Hydrogen
Fuel Cell Hybrid Power Plant di Indonesia. Setelah berhasil memproduksi hidrogen hijau di Indonesia, PLN akan mengembangkan pembangkit listrik berbasis hidrogen dengan asistensi dari HDF Energy. Lewat kerja sama ini, PLN akan mengembangkan utilisasi hidrogen melalui proses elektrolisis dan mengolahnya menjadi listrik untuk melayani daerah pelosok. Tak hanya itu, kedua belah pihak juga bersepakat untuk bersama-sama dalam studi pengembangan pembangkit listrik
baseload dan non-intermittent berbasis EBT, baterai, dan hidrogen. Termasuk potensi pembentukan Joint Venture Company dalam pengembangan proyek EBT di daerah 3T (Terluar, Terdepan, Terpencil) khususnya di wilayah Indonesia Timur, dengan penekanan awal di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Baca Juga: PLN Ungkap Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Listrik EBT Masih Mahal Kesebelas, PT PLN (Persero) juga menyepakati kerja sama dengan Abu Dhabi National Energy Company, PJSC (TAQA), untuk mengembangkan
transmission grid interconnection dan smart grid di Indonesia. Kolaborasi antara PLN dan TAQA merupakan upaya mempercepat transisi energi melalui pengembangan peningkatan jaringan transmisi dan interkoneksi, dan mengembangkan dan menerapkan teknologi smart grid untuk memungkinkan pengelolaan dan distribusi sumber energi terbarukan yang efektif dan stabil. Kedua belas, PT PLN (Persero) melalui sub holding PLN Nusantara Power (PLN NP) menyepakati kerja sama dengan perusahaan asal Singapura, Sembcorp Utilities Pte Ltd dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 50 Megawatt (MW) di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Ketiga belas, PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Nusantara Power (PLN NP) menyepakati kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk dalam utilisasi
Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) milik PLTA Bukit Asam sebagai bahan penetralisir air asam bekas tambang di wilayah konsesi pertambangan batu bara PT Bukit Asam. Keempat belas, PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Nusantara Power (PLN NP) menyepakati kerja sama dengan Korean Hydro & Nuclear Power (KHNP) Co. Ltd dalam menjajaki pra kajian kelayakan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia dengan teknologi small modular reactor. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .