PLN melanjutkan proyek transmisi jumbo



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memastikan proyek transmisi jumbo bernama high voltage direct Current transmission (HVDC) 500 kilovolt (kv) berlanjut. Berarti proyek transmisi tegangan tinggi arus searah dari Sumatra ke Jawa-Bali akan diteruskan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2018 sampai 2027. Namun, proyek transmisi ini akan dibuat dua arah dari Sumatra ke Jawa dan sebaliknya Jawa ke Sumatra.

Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka mengungkapkan, proyek HVDC sempat ditunda oleh PLN karena memang hanya mengalirkan listrik dari Sumatra ke Jawa. Padahal di Sumatra sendiri masih membutuhkan listrik. "Sekarang transmisi dibuat dua arah, dari Jawa ke Sumatra juga. Sebaliknya begitu," ungkap dia ke KONTAN, Minggu (25/2).

Dia mengatakan, tahun ini saja Jawa sudah mengalami surplus hingga 30%. Jika nanti program kelistrikan 35.000 MW sudah selesai, maka akan ada tambahan surplus lagi yang bisa dievakuasi ke Sumatra. "Ini seperti proyek Jawa-Bali crossing, bisa alirkan listrik ke Bali karena Jawa surplus," ungkap dia.


Sejalan dengan waktu, proyek PLTU mulut tambang juga akan terus dilanjutkan, lantaran biaya produksi proyek itu sangat murah. "Tidak perlu biaya angkut, asuransi tidak ada. Listrik dari PLTU mulut tambang itu bisa murah," ujarnya.

Setelah proyek-proyek PLTU Mulut Tambang beroperasi, nanti dengan transmisi dua arah itu akan memasok listrik ke Jawa juga sehingga biaya pokok produksi listrik di Jawa juga bisa murah. "Nanti bisa saja kami matikan pembangkit di Jawa yang operasionalnya tinggi," ungkap dia.

Skema besar PLN ke depan memang akan menggunakan pembangkit yang sangat murah, sehingga bisa menekan biaya pokok produksi. "Arah kami memang ke sana nantinya, listrik bisa di bawah Rp 1.000 per kWh," ungkap dia.

Namun, Made belum bisa membeberkan pendanaan yang akan membiayai proyek tersebut. Meskipun dalam proyek HVDC terdahulu ada Japan International Cooperation Agency (JICA). "Saya belum tahu soal lembaga pembiayaannya." ungkap Made.

Saat itu, JICA sudah berkomitmen membiayai proyek transmisi HVDC itu sekitar US$ 2 miliar. Keputusan final soal RUPTL 2018-2027 sendiri masih dibahas.

Pengamat energi dari Institute Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa menjelaskan, jika proyek HVDC masuk dalam RUPTL 2018-2027 artinya proyek PLTU mulut tambang di Sumatra yang ditunda akan berjalan. "Tahun lalu Menteri ESDM bilang bahwa dia tidak mengizinkan di Jawa dibangun PLTU lagi," ungkapnya.

Dulu rencananya proyek HVDC Jawa-Sumatra untuk mengirim listrik yang murah dari Sumatra ke Jawa. "Sekarang Jawa berpotensi oversupply karena demand turun, seharusnya PLN mengurangi kapasitas PLTU yang akan dibangun di Jawa," ungkapnya.

Sebaiknya pemerintah dan PLN membangun pembangkit energi terbarukan skala besar di Jawa dan Sumatra. "Kalau dikembangkan dalam skala besar, misalnya PLTS dengan kapasitas 200MW -300 MW, biaya pembangkit bisa turun," imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati