KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memastikan untuk menunda 10 proyek kilang liquefied natural gas (LNG) mini yang sudah ditenderkan tahun lalu. Saat ini, manajemen PLN mengajukan penundaan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Direktur Pengadaan PLN, Supangkat Iwan Santoso, mengemukakan, rencana pengembangan 10 proyek LNG mini digulirkan tahun 2017. Hanya saja, sejauh ini di daerah yang menjadi lokasi pengembangan LNG mini telah tergantikan oleh pembangkit energi baru terbarukan. "Ada beberapa pengembangan LNG mini yang diganti dengan renewable energy. Jadi suplai LNG-nya akan turun jauh, demand-nya juga turun jauh. Pasti biayanya ikut berubah," ungkap dia kepada Kontan.co.id, Rabu (11/7). Sebanyak 10 proyek mini LNG adalah Mesin Gas Uap Kalsel Peaker Kalimantan berkapasitas 200 MW, Sulsel Peaker (450 MW), Makassar Peaker (200 MW), Sumbawa (50 MW), Waingapu Nusa Tenggara (10 MW), Bima Nusa Tenggara (50 MW), Mobile Power Plant Flores Nusa Tenggara (20 MW), Maumere Nusa Tenggara (40 MW), Kupang Peaker Nusa Tenggara (40 MW) serta MPP Lombok (50 MW).
PLN menunda 10 proyek LNG mini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memastikan untuk menunda 10 proyek kilang liquefied natural gas (LNG) mini yang sudah ditenderkan tahun lalu. Saat ini, manajemen PLN mengajukan penundaan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Direktur Pengadaan PLN, Supangkat Iwan Santoso, mengemukakan, rencana pengembangan 10 proyek LNG mini digulirkan tahun 2017. Hanya saja, sejauh ini di daerah yang menjadi lokasi pengembangan LNG mini telah tergantikan oleh pembangkit energi baru terbarukan. "Ada beberapa pengembangan LNG mini yang diganti dengan renewable energy. Jadi suplai LNG-nya akan turun jauh, demand-nya juga turun jauh. Pasti biayanya ikut berubah," ungkap dia kepada Kontan.co.id, Rabu (11/7). Sebanyak 10 proyek mini LNG adalah Mesin Gas Uap Kalsel Peaker Kalimantan berkapasitas 200 MW, Sulsel Peaker (450 MW), Makassar Peaker (200 MW), Sumbawa (50 MW), Waingapu Nusa Tenggara (10 MW), Bima Nusa Tenggara (50 MW), Mobile Power Plant Flores Nusa Tenggara (20 MW), Maumere Nusa Tenggara (40 MW), Kupang Peaker Nusa Tenggara (40 MW) serta MPP Lombok (50 MW).