PLN menurunkan tarif listrik bagi pelanggan R-1 900 VA



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar baik terus menggelontor warga belakangan. Utamanya terkait dengan energi. Setelah pekan lalu, PT Pertamina menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Umum penugasan, kini PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga akan menurunkan tarif listrik pelanggan golongan R-1 900 Volt Amphere (VA).

Terhitung mulai 1 Maret, PLN memangkas tarif listrik bagi pelanggan R-I 900 VA Rumah Tangga Mampu (RTM). Menyebut sebagai diskon, pelanggan golongan R-1 900 VA RTM hanya membayar tarif listrik Rp 1.300 per kilowatt hour (kWh) dari tarif normal Rp 1.352 per kWh.

Penurunan tarif ini bakal berlaku bagi 21 juta pelanggan listrik R-1 900 VA RTM. PLN beralasan, penurunan tarif bisa dilakukan karena perusahaan setrum milik negara ini berhasil melakukan efisiensi. Antara lain: efisiensi penurunan susut jaringan, perbaikan specified fuel consumption (SFC), dan peningkatan capacity factor (CF) pembangkit.


Alasan lain, adalah harga minyak acuan yakni Indonesia Crude Price (ICP) selama tiga bulan terakhir turun dari US$ 62,98 per barel menjadi US$ 56,55 per barel. Selain itu, "Pelemahan dollar Amerika Serikat (AS), penurunan ICP yang bisa berlangsung dalam 3 bulan-4 bulan, bahkan bisa sampai satu semester juga berperan menurunkan harga setrum," tandas Vice President(VP) Public Relation PLN, Dwi Suryo Abdullah kepada Kontan.co.id, Jumat (15/2).

Kepentingan pemilu?

Di tengah kinerja PLN yang tertekan akibat larangan pemerintah menaikkan tarif listrik di 2018 sampai 2019, keputusan ini mencuatkan tanya. Apalagi, keputusan ini dilakukan jelang debat kedua Calon Presiden (Capres) dan Cawapres bertemakan energi.

Namun, Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar menepis dugaan itu. Ia menegaskan, penurunan harga minyak dan listrik saat ini demi keadilan konsumen. "Harga energi secara keseluruhanan, terutama harga BBM turun. Komponen BBM juga juga ada di pembangkit PLN. Itu yang kami sesuaikan," tepis Archandra.

PLN juga mengaku selektif dalam menurunkan tarif listrik untuk menjaga pendapatan perusahaan ini. "Tahun lalu, saat kurs dollar AS mencapai Rp 15.000, kami memang tidak diizinkan menaikkan tarif. Saat ini, kami tidak turunkan tarif, hanya memberikan diskon," tepisnya.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR), Fabby Tumiwa menilai, penurunan tarif listrik adalah konsekuensi dari penurunan harga energi primer serta penguatan kurs rupiah terhadap dollar AS.

Sayangnya, penurunan tarif hanya berlaku pada pelanggan 900 VA. "Ini dengan mudah dibilang ini bias kepentingan Pemilu. Kalau mau turun, harusnya seluruh golongan tarif rumah tangga," ujar Fabby kepada Kontan.co.id.

Saat ini, kurs dollar AS dan harga minyak mentah masih bergerak volantile. Menurut Fabby insentif tarif harus belum perlu dilakukan PLN. "Lebih baik, kalo ada dana untuk investasi perluasan rasio elektrifikasi," ujarnya.

Penurunan tarif juga tak akan berdampak banyak bagi pendapatan PLN. "Nilainya kurang dari Rp 500 miliar untuk satu tahun," ujarnya. Sampai kuartal III 2018, PLN tercatat masih merugi Rp 18,48 triliun. Beban kurs dan harga komoditas jadi bandul berat kinerja PLN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati