JAKARTA. PT PLN (Persero) siap memulai konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Sarulla pada tahun ini. Menurut Direktur Perencanaan dan Teknologi PLN, Nasri Sebayang, PLN siap mengerjakan sendiri PLTP yang berkapasitas 330 megawatt (MW) dan tidak diberikan kepada konsorsium Medco. Harapannya dengan dikerjakan sendiri, proyek Sarulla ini tidak akan terkatung-katung lagi."Sekarang kita sudah siapkan tahap engineering. Kalau kita mulai konstruksi pada tahun ini kita bisa kejar target semula tahun 2014 bisa selesai," kata Nasri, Kamis (16/6).Seperti diketahui, proyek PLTP milik Sarulla adalah milik PLN. Namun, pengerjaannya dilakukan oleh Konsorsium Medco yang anggotanya terdiri dari PT Medco Energi Internasional Tbk (37,5%), Ormat Technologies (12,5%), Itochu Corporation (25%) dan Kyushu Electric Power (25%). Konsorsium Sarulla sudah ditetapkan sejak tahun 2007 lalu.Bahkan, pada tahun 2010, PLN sudah memperbarui harga dengan pihak konsorsium tersebut. Sayangnya, proyek tersebut hingga saat ini masih belum dikerjakan. Pada April 2010, Konsorsium Medco dan PLN sudah sepakat atas harga jual beli setrum sebesar US$ 0,067 per kWh. Harga listrik baru ini sudah mendapat persetujuan dari Menteri ESDM.Menurut Nasri, selama ini pihak Konsorsium tidak memberikan kepastian kapan proyek ini akan dibangun. Dengan membangun pembangkit sendiri, jelas Nasri, PLN sudah memiliki kepastian proyek ini akan dibangun.Sementara itu, Direktur Utama Medco Energi, Lukman Mahfoedz menyatakan pihaknya tetap berkomitmen untuk mengembangkan PLTP Sarulla. Bahkan Medco sudah melakukan investasi awal sebesar US$ 20 juta untuk proyek tersebut. Investasi itu terdiri dari pekerjaan engineering design, pengeboran dua sumur work over, persetujuan AMDAL, dan tender drilling untuk mengebor 33 sumur baru.“Saya sangat optimistis dengan kemajuan proyek ini karena dari biaya investasi yang mencapai US$1,5 miliar, sebesar US$1 miliar sudah ada komitmen dari JBIC (Japan Bank for International Cooperation) dan ADB (Asian Development Bank). Kami tetap berkomitmen melanjutkannya,” ujar dia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
PLN mulai konstruksi sarulla akhir tahun ini
JAKARTA. PT PLN (Persero) siap memulai konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Sarulla pada tahun ini. Menurut Direktur Perencanaan dan Teknologi PLN, Nasri Sebayang, PLN siap mengerjakan sendiri PLTP yang berkapasitas 330 megawatt (MW) dan tidak diberikan kepada konsorsium Medco. Harapannya dengan dikerjakan sendiri, proyek Sarulla ini tidak akan terkatung-katung lagi."Sekarang kita sudah siapkan tahap engineering. Kalau kita mulai konstruksi pada tahun ini kita bisa kejar target semula tahun 2014 bisa selesai," kata Nasri, Kamis (16/6).Seperti diketahui, proyek PLTP milik Sarulla adalah milik PLN. Namun, pengerjaannya dilakukan oleh Konsorsium Medco yang anggotanya terdiri dari PT Medco Energi Internasional Tbk (37,5%), Ormat Technologies (12,5%), Itochu Corporation (25%) dan Kyushu Electric Power (25%). Konsorsium Sarulla sudah ditetapkan sejak tahun 2007 lalu.Bahkan, pada tahun 2010, PLN sudah memperbarui harga dengan pihak konsorsium tersebut. Sayangnya, proyek tersebut hingga saat ini masih belum dikerjakan. Pada April 2010, Konsorsium Medco dan PLN sudah sepakat atas harga jual beli setrum sebesar US$ 0,067 per kWh. Harga listrik baru ini sudah mendapat persetujuan dari Menteri ESDM.Menurut Nasri, selama ini pihak Konsorsium tidak memberikan kepastian kapan proyek ini akan dibangun. Dengan membangun pembangkit sendiri, jelas Nasri, PLN sudah memiliki kepastian proyek ini akan dibangun.Sementara itu, Direktur Utama Medco Energi, Lukman Mahfoedz menyatakan pihaknya tetap berkomitmen untuk mengembangkan PLTP Sarulla. Bahkan Medco sudah melakukan investasi awal sebesar US$ 20 juta untuk proyek tersebut. Investasi itu terdiri dari pekerjaan engineering design, pengeboran dua sumur work over, persetujuan AMDAL, dan tender drilling untuk mengebor 33 sumur baru.“Saya sangat optimistis dengan kemajuan proyek ini karena dari biaya investasi yang mencapai US$1,5 miliar, sebesar US$1 miliar sudah ada komitmen dari JBIC (Japan Bank for International Cooperation) dan ADB (Asian Development Bank). Kami tetap berkomitmen melanjutkannya,” ujar dia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News