KONTAN.CO.ID - BALIKPAPAN. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Kaltim Teluk tengah menginisiasi program cofiring pada fasilitas PLTU Teluk Balikpapan. Asisten Manajer Operasi PT PLN Nusantara Power UP Kaltim Teluk Balikpapan Dhidhik K. Laksono menyebutkan, persentase campuran cofiring berupa woodchip atau cacahan kayu pada PLTU Teluk Balikpapan adalah sebesar 3% dari total kebutuhan bahan bakar. Meski demikian, Dhidhik mengakui saat ini implementasi cofiring dengan cacahan kayu masih menghadapi tantangan pada pemenuhan bahan baku.
"Pada saat jumlah biomassa terpenuhi maka kami akan berkomitmen mengoperasikan unit kami dengan 3% biomassa. Saat ini masih belum terpenuhi targetnya karena ketersediaan," kata Dhidhik ditemui di Kantor UP Teluk Balikpapan, Rabu (6/9).
Baca Juga: PLN Nusantara Power Matangkan Persiapan Operasi PLTS Terapung Cirata Sebelumnya, PLN Nusantara Power UP Teluk Balikpapan telah melakukan ujicoba pada tiga jenis biomassa sebagai bahan baku cofiring PLTU. Tiga jenis biomassa yang diujicobakan adalah cangkang sawit, woodbark dan woodchip. Dari ketiganya, penggunaan woodchip dinilai paling memungkinkan. Bahan baku berupa cangkang sawit menghadapi kendala dari harga keekonomian yang belum terpenuhi, sementara itu, penggunaan woodbark masih memerlukan treatment khusus. Adapun, demi mengatasi kendala suplai woodchip yang terjadi saat ini, PLN Nusantara Power UP Teluk Balikpapan kini tengah melakukan sejumlah upaya penanganan antara lain pengajuan untuk pengadaan kontrak baru dengan PT PLN Energi Primer Indonesia, membuka peluang ujicoba jenis biomassa lain, hingga mendorong pemenuhan komitmen pasokan biomassa dari mitra yang sudah bekerja sama. Staf Program Transformasi Energi IESR Rahmat Jaya Eka Saputra menambahkan, metode cofiring umumnya dipilih sebagai bahan bakar parsial pada PLTU mengingat proses pembakarannya tidak memerlukan modifikasi pada boiler pembangkit. Di sisi lain, potensi biomassa di Indonesia secara umum dan Kalimantan Timur secara khusus cukup melimpah. Merujuk studi IESR pada 2021, potensi biomassa indonesia sebesar 49,8 gw. Adapun, biomassa dari limbah kayu potensinya mencapai 30,7 gw. "Sementara potensi biomassa Kalimantan Timur itu 936,14 MW. Kita punya sumber daya untuk mengurangi tingkat konsumsi bahan bakar untuk menghasilkan listrik," kata Rahmat dalam Jelajah Energi Kaltim 2023, Selasa (5/9). Meski demikian, Rahmat menilai masih ada sejumlah tantangan dalam pengembangan cofiring PLTU. Dengan tingkat densitas yang rendah, penggunaan biomassa dalam metode cofiring dinilai memakan ruang yang lebih banyak dalam proses pengangkutan dan penampungan. Ini berimbas proses distribusi yang lebih kompleks ketimbang batubara.
Selain itu, pemanfaatan biomassa dari limbah kayu harus dibarengi dengan kegiatan penanaman kembali yang rutin. "Biomassa memberikan masalah pada penggunaan lahan yang luas. Karena sifatnya adalah tanaman jadi untuk memenuhinya harus menanam pohon juga," kata Rahmat.
Baca Juga: Proyek PLN Energi Bersih Banjir Minat Investor di AIPF Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat