PLN pasok listrik ke pabrik pengolahan nikel



JAKARTA. PT PLN (Persero) akan memasok listrik sebesar 156 Mega Volt Ampere (MVA) untuk pabrik pengolahan nikel milik PT Macrolink Nickel Development (MND) di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. MND adalah anak perusahaan Macro-Link International Mining Limited asal China. Perjanjian kerja sama  penyaluran tenaga listrik tersebut ditandatangani Direktur Niaga, Manajemen Risiko dan Kepatuhan PLN Moch.Harry Jaya Pahlawan, Direktur Operasi Indonesia Timur  PLN Vickner Sinaga dan Direktur MND Xu Bin di Bantaeng Sulawesi Selatan, Kamis (22/8). Pasokan listrik PLN ke pabrik nikel milik MND akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama sebesar 78 MVA dipasok mulai Januari 2016 sampai Desember 2017 dan tahap kedua pasokan akan ditingkatkan menjadi 156 MVA mulai Januari 2018 dan seterusnya. Hal ini sesuai dengan kesiapan pabrik nikel yang didirikan oleh MND tersebut.

Harga jual tenaga listrik yang disalurkan sesuai kesepakatan para pihak adalah harga jual untuk tarif layanan premium platinum sebesar Rp 922/kWh (kilo Watt hour).

Moch. Harry Jaya Pahlawan menyatakan, perjanjian ini merupakan langkah penting dan merupakan komitmen PLN untuk mendukung kebijakan hilirisasi mineral seperti diamanatkan UU No 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara.  


Terbesar di China

“PLN mengontak beberapa produsen mineral yang menawarkan fasilitas smelter di Indonesia. Kebanyakan persoalannya adalah persoalan listrik, karena PLN berbisnis di bidang listrik maka PLN harus menyambut kebijakan pemerintah tersebut dengan menyediakan listrik yang cukup besar,” jelas Harry dalam siaran pers yang diterima KONTAN, Kamis  (22/8).

Total kapasitas listrik terpasang di PLN Willayah Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat (Sulselrabar) sebesar 1278,4 MW dengan daya mampu sebesar 1272,5 MW, dan beban puncak mencapai 833 MW, sehingga cadangan daya sebesar 438,5 MW. Direktur Macrolink Nickel Development Fernando Wang Feng Tao mengklaim, Macrolink termasuk dalam jajaran 500  perusahaan terbesar di China yang bergerak di bidang pertambangan dan juga properti. Pembangunan smelter ini, merupakan investasi Macrolink pertama di Indonesia. Pembangunan akan dilakukan dalam dua tahap, yakni tahap pertama kapasitas produksi 100 ribu ton dan tahap kedua 100 ribu ton, dengan investasi masing-masing US$ 100 juta, dengan bahan baku dari Sulawesi Tenggara.

Selanjutnya produk olahannya akan diekspor selain ke China juga negara lain yang membutuhkan. Adapun jumlah tenaga kerja lokal yang akan terserap sebanyak 300 orang .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan