PLN pilih opsi smart meter untuk menggantikan meteran mekanik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku telah menyiapkan roadmap implikasi smart meter dalam 7 tahun mendatang guna menggantikan meteran mekanik yang masih digunakan mayoritas pelanggan.

Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PLN, Yuddy Setyo menjelaskan roadmap tersebut telah disiapkan dan akan menyasar 79 juta pelanggan PLN. "Perlu waktu 7 tahun untuk 79 juta pelanggan, sudah kita siapkan programnya terutama untuk meteran listrik yang tua," ungkap Yuddy dalam diskusi virtual, Senin (15/6).

Baca Juga: PLN pastikan gardu listrik terdampak banjir di Jeneponto dan Bantaeng telah normal


Yuddy menjelaskan, langkah ini dinilai dapat memudahkan konsumen dalam memahami penggunaan atau konsumsi listrik masing-masing rumah tangga.

Sementara itu, Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Ardiansyah Parman bilang upaya penerapan smart meter dalam 7 tahun mendatang tergolong berat.

Hal ini mengingat PLN masih dibayangi pekerjaan rumah lain soal tera ulang meteran pelanggan yang per 2019 lalu saja jumlahnya mencapai 14,3 juta kWh meter listrik. "Tidak kebayang penggantian smart meter 11 juta pelanggan per tahun. Untuk tera ulang 14 juta kWh saja tidak selesai-selesai," ujar Ardiansyah.

Sementara itu, Direktur Metrologi Kementerian Perdagangan Rusli Amin menuturkan pihaknya telah menyampaikan hal tersebut kepada Kementerian BUMN. Soal meteran listrik yang kadaluarsa, Rusli menyebut hal ini berdampak pada kesalahan pencatatan konsumsi listrik pelanggan.

Jumlah tersebut bahkan diprediksi bertambah. Menurut data Kemendag, pada tahun ini, jumlah rekening kadaluarsa bisa mencapai 15,6 juta meter kWh. "Jika ditanya apakah tagihan dari pelanggan naik karena kWh meternya, bisa iya atau tidak. Karena kalau dari sisi metrologi itu bisa merugikan konsumen dan juga merugikan PLN," terang Rusli.

Baca Juga: PLN pakai jasa pihak ketiga untuk catat meteran listrik dan hitung tagihan pelanggan

Adapun, menurut Rusli tera ulang meter kWh elektronik harus dilakukan sepuluh tahun sekali. Sementara meter kWh mekanik dilakukan tiap lima belas tahun sekali. Ia melanjutkan, berdasarkan data sampel yang dilakukan pada medio 2011 silam, dengan jumlah sampel mencapai 1,278 unit, ada potensi terjadi kesalahan pencatatan.

Dari ujicoba tersebut, sekitar 265 unit meter kWh berpotensi terjadi kesalahan pencatatan yang merugikan konsumen dengan rerata kesalahan sebesar 15,84%. Menanggapi hal tersebut, Yuddy mengungkapkan penggantian meter jauh lebih efisien ketimbang melakukan tera ulang meter kWh pelanggan. "Kajian kami, penggantian meter baru lebih efisien. Sedang kami siapkan," ujar Yuddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .