KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membukukan pendapatan sebesar Rp 212,8 triliun (unaudited) pada kuartal III tahun ini. Angka ini naik 4% dibandingkan periode yang sama pada 2020 sebesar Rp 204,7 triliun. Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN Agung Murdifi dalam keteranhan resminya menyebut, capaian ini didorong inovasi dan efisiensi yang dijalankan PLN lewat program transformasi. Kombinasi penjualan tenaga listrik dan kemampuan menjaga Beban Pokok Penyediaan (BPP) yang stabil menjadi pendorong pendapatan. Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing seiring dengan membaiknya perekonomian nasional juga menjadi pendorong kinerja perusahaan.
"Sejumlah strategi perseroan untuk meningkatkan penjualan tenaga listrik dan efisiensi operasional mampu mengerek kinerja PLN pada triwulan (kuartal) III 2021," ungkap Agung, Kamis (11/11).
Baca Juga: DPR sebut IPO Mitratel (MTEL) sepi peminat, benarkah? Sebagai gambaran, dari sisi beban pokok penyedaiaan tenaga listrik, efisiensi yang dijalankan PLN sejak awal 2020 juga memberikan dampak positif. Realisasi beban pokok (BPP) triwulan III 2021 menurun sebesar 1%, atau senilai Rp 10 per kilo Watt hour (kWh), dari semula sebesar Rp 1.355 per kWh di triwulan III 2020 menjadi Rp 1.345 per kWh. Program intensifikasi dan ekstensifikasi penjualan juga memacu peningkatan penjualan energi sebesar 8 juta kWh. PLN juga mencatat ada penambahan jumlah pelanggan sebesar 3,6 juta pelanggan sampai dengan akhir September 2021. Agung menyebutkan, strategi intensifikasi dengan mendorong penggunaan listrik pelanggan untuk kegiatan produktif lewat rangkaian program bundling dan promo tambah daya. PLN juga mengklaim berhasil mendorong penerapan gaya hidup dengan menggunakan peralatan berbasis listrik dalam kehidupan sehari-hari atau electrifying lifestyle, seperti mendorong ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai dan penggunaan kompor induksi. Strategi ekstensifikasi, yakn i meningkatkan jumlah pelanggan PLN dilakukan melalui program win back, yakni mengakuisisi captive power atau mengganti kelistrikan perusahaan-perusahaan yang masih menggunakan pembangkit sendiri dengan suplai listrik dari PLN. Langkah tersebut dilakukan agar pelanggan dapat berfokus pada bisnis intinya. Lalu, PLN juga mendapat pasar baru di sektor pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan serta kelautan melalui program electrifying agriculture dan electrifying marine.
Baca Juga: Dirut TLKM Ririek: Hasil IPO Mitratel (MTEL) akan perkuat modal bisnis menara "Seluruh program ini terbukti mampu membantu pelanggan menjadi lebih produktif dan efisien sehingga kesejahteraan mereka bisa meningkat," terang Agung. PLN juga mengaku terus berupaya meningkatkan pelayanan demi kepuasan dan kenyamanan bagi para pelanggan. Ini nampak adanya perbaikan dalam SAIDI (System Average Interruption Duration Index) dan SAIFI (System Average Interruption Frequency Index). SAIDI adalah indeks durasi padam yang dialami konsumen dalam kurun waktu tertentu. Sementara SAIFI adalah angka atau indeks frekuensi padam yang dialami konsumen dalam kurun waktu tertentu.
Pada triwulan III-2021, durasi padam (SAIDI) pelanggan tercatat sekitar 397 menit per pelanggan, turun 33,6% dari periode yang sama tahun lalu berkisar 598 menit per pelanggan. Sementara dari sisi frekuensi padam (SAIFI) juga tercatat membaik dengan frekuensi 4,9 kali pada triwulan-III 2021, dari 7 kali pada periode yang sama tahun lalu. Agung meyakini, dengan strategi ini, kinerja PLN bakal semakin membaik hingga akhir tahun, terutama dengan terus membaiknya perekonomian nasional. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Titis Nurdiana