PLN Rencanakan Penambahan Pembangkit EBT 75% di RUPTL Baru



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT PLN telah menetapkan skenario yang diterapkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033. Perusahaan setrum pelat merah ini akan menambah 75% pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dengan kapasitas 31,6 Gigawatt (GW) dan 25% pembangkit gas sebesar 10,5 GW. 

Direktur Utama PT PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan, pihaknya bersama dengan Kementerian ESDM telah menyepakati pelaksanaan skenario Accelarated Renewable Energy Development (ARED) dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan dioperasionalisasi pada RUPTL 2024-2033. 

“Pada skenario ini, kami akan melakukan coal phase down (penurunan kapasitas) bukan coal phase out (pemensiunan dini). Dalam hal ini bagaimana pembangkit berbasis batubara tetap beroperasi sampai masa berakhir kontrak dan penambahan teknologi penangkapan karbon (CCS),” jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (15/11). 


Baca Juga: Dana JETP Bisa Bantu Keekonomian Proyek Konversi PLTD ke PLTS

Pada skenario ini, kapasitas energi baru terbarukan (EBT) base load sebesar 31 GW dan EBT intermiten atau variable renewable energy (VRE) yakni angin dan solar sebesar 28 GW. Kemudian akan ada energi baru yakni nuklir sebesar 2,4 GW bahkan bisa naik sampai 5 GW-6 GW. 

Menurut Darmawan, penerapan skenario ARED paling ideal karena membuat sistem kelistrikan menjadi cukup andal. Ada beberapa pembangkit berbasis gas yang ditempatkan pada episentrum permintaan (demand) listrik. 

“Jadi ada evakuasi daya menggunakan transmisi dan penambahan pembangkit gas yang nanti menjadi penyeimbang,” imbuhnya. 

Adapun selama 2024-2033 PLN akan meningkatkan pemanfataan EBT, membangun Green Super Grid, Flexible Generation & SmartGrid, dan Green Emerging Technology. 

Baca Juga: PLN Buka Peluang Kemitraan Pendanaan dengan JETP

Khusus dalam pelaksanaan Green Emerging Technology, PLN mengeksplorasi penggunaan storage, CCS/CCUS, co-firing Hidrogen, Amonia, dan Energi Baru seperti nuklir. 

Darmawan mengemukakan, penggunaan teknologi CCS akan mulai dilaksanakan pada 2040 di mana uji coba proyek akan mulai dilakukan pada setahun hingga dua tahun ini. 

“Ini potensi luar biasa di mana kita mempunyai potensi batubara yang masih sangat panjang dengan adanya CCS kam menggabungkan energy security dan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK),”  terangnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .