KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) masih menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk tahun 2018-2027. Direktur Perencanaan Korporat, Syofvi Felienty Roekman mengatakan, saat ini PLN masih mengevaluasi jumlah pertumbuhan penjualan listrik untuk 10 tahun ke depan. Hasil evaluasi tersebut juga akan diselaraskan dengan pertumbuhan penjualan energi untuk pembangkit listrik. "Mengenai seperti apa RUPTL kami, kami masih evaluasi itu. Hari ini kami masih dalam stage pertumbuhan penjualan listrik yang akan kami perkirakan 10 tahun ke depan," jelas Syofvi, Selasa (17/10). Namun Syofvi memastikan jumlah pembangkit listrik yang telah ditentukan dalam RUPTL 2017-2026 tetap sama dengan RUPTL untuk tahun 2018-2027. "Kami di PLN tidak tambahkan pembangkit-pembangkit baru lagi. Ada tambahan baru di 2017, kami pakai asumsi penambahan pembangkit di 2017," jelasnya. Menurut Syofvi proyeksi pembangkit tersebut sudah diselaraskan dengan target bauran energi yang telah ditetapkan PLN, yaitu batubara sebesar 50%, energi baru terbarukan sebesar 23%, dan sisanya dari gas dan BBM. Khusus untuk pembangkit EBT, PLN akan mencoba mencari sumber-sumber baru agar bisa mencapai target bauran energi. Sementara untuk pencapaian target energi batubara akan terus dicoba dengan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batubara di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Ini sejalan dengan instruksi Menteri ESDM Ignasius Jonan yang melarang PLN membangun PLTU Batubara baru di Pulau Jawa. "Kami sudah dengar dari pemerintah diminta agar kami mampu menjaga bauran energi dari batubara itu 50% di tahun 2027 totalnya secara keseluruhan. Dengan melihat pertumbuhan penjualan energi kami ke depan yang kami prediksi tidak sama dengan RUPTL 2017, akan ada beberapa penyesuaian kami lakukan," ungkapnya tanpa menyebut PLTU Batubara mana saja yang akan disesuaikan dalam RUPTL 2018-2027.
PLN tak tambah pembangkit baru di RUPTL 2018
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) masih menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk tahun 2018-2027. Direktur Perencanaan Korporat, Syofvi Felienty Roekman mengatakan, saat ini PLN masih mengevaluasi jumlah pertumbuhan penjualan listrik untuk 10 tahun ke depan. Hasil evaluasi tersebut juga akan diselaraskan dengan pertumbuhan penjualan energi untuk pembangkit listrik. "Mengenai seperti apa RUPTL kami, kami masih evaluasi itu. Hari ini kami masih dalam stage pertumbuhan penjualan listrik yang akan kami perkirakan 10 tahun ke depan," jelas Syofvi, Selasa (17/10). Namun Syofvi memastikan jumlah pembangkit listrik yang telah ditentukan dalam RUPTL 2017-2026 tetap sama dengan RUPTL untuk tahun 2018-2027. "Kami di PLN tidak tambahkan pembangkit-pembangkit baru lagi. Ada tambahan baru di 2017, kami pakai asumsi penambahan pembangkit di 2017," jelasnya. Menurut Syofvi proyeksi pembangkit tersebut sudah diselaraskan dengan target bauran energi yang telah ditetapkan PLN, yaitu batubara sebesar 50%, energi baru terbarukan sebesar 23%, dan sisanya dari gas dan BBM. Khusus untuk pembangkit EBT, PLN akan mencoba mencari sumber-sumber baru agar bisa mencapai target bauran energi. Sementara untuk pencapaian target energi batubara akan terus dicoba dengan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batubara di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Ini sejalan dengan instruksi Menteri ESDM Ignasius Jonan yang melarang PLN membangun PLTU Batubara baru di Pulau Jawa. "Kami sudah dengar dari pemerintah diminta agar kami mampu menjaga bauran energi dari batubara itu 50% di tahun 2027 totalnya secara keseluruhan. Dengan melihat pertumbuhan penjualan energi kami ke depan yang kami prediksi tidak sama dengan RUPTL 2017, akan ada beberapa penyesuaian kami lakukan," ungkapnya tanpa menyebut PLTU Batubara mana saja yang akan disesuaikan dalam RUPTL 2018-2027.