KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatat ada tambahan kapasitas sebesar 141,53 Megawatt (MW) selama kuartal I-2019. Tambahan tersebut berasal dari pembangkit listrik yang sudah beroperasi komersial atau
commercial operation date (COD) serta yang telah mengantongi Sertifikat Laik Operasi (SLO).
Executive Vice President Project Management Office PLN Anang Yahmadi menyampaikan, tambahan pembangkit yang sudah COD/SLO itu memang masih tergolong kecil. Sebab, jika merujuk pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2028, target penambahan pembangkit yang dipatok pada tahun ini berada di angka 4.023 MW. "Itu karena pembangkit yang sudah COD/SLO hingga Maret 2019 baru dari pembangkit dengan kapasitas kecil," terang Anang kepada Kontan.co.id, Senin (20/5).
Adapun, pembangkit yang sudah masuk ke jaringan sistem kelistrikan PLN hingga Maret tersebut berasal dari 17 pembangkit dengan berbagai jenis. Yakni dari lima pembangkit PLTMG berkapasitas total 88,46 MW, PLTB Jeneponto/Tolo WTG 1-2&3 dengan kapasitas 10,8 MW, PLTM Sita (1 MW), PLTS Likupang (18,66 MW), dan delapan pembangkit PLTD berkapasitas total 22,61 MW. Anang bilang, pembangkit dengan kapasitas jumbo ditargetkan baru merampungkan COD atau mengantongi SLO pada periode Semester II mendatang. "(Kapasitas pembangkit) yang besar-besar direncanakan baru beroperasi di Semester II," ungkapnya. Pembangkit berkapasitas jumbo yang ditargetkan akan COD/SLO di sisa waktu 2019 ini antara lain PLTU Jawa 7 berkapasitas 2 x 991 MW, dimana unit pertamanya direncanakan bisa beroperasi pada bulan Oktober. Lalu PLTU Pangkalan Susu unit 3 dan 4 berkapasitas 200 MW per unit, PLTU Bengkulu 100 MW, PLTU Kendari 2 x 50 MW, PLTGU Jawa 2 sebesar 200 MW, dan PLTGU Lombok Peaker 134 MW. Selain itu, ada juga tambahan dari PLTP Panas Bumi, yang mana Kementerian ESDM pada tahun ini menargetkan akan ada tambahan 180 MW dari empat PLTP yang akan COD hingga akhir 2019. Anang bilang, tambahan pembangkit sebesar 141,53 MW ini pun belum memperhitungkan PLTA Rajamandala (47 MW) yang pada pekan lalu telah mengantongi SLO. Progres Megaproyek 35.000 MW Adapun, terkait dengan capaian megaproyek 35.000 MW, Anang mengungkapkan berdasarkan data per kuartal I tahun ini, pembangkit yang sudah COD/SLO ada di angka 3.467,1 MW atau sekitar 10% dari total kapasitas proyek. Sementara itu, pembangkit yang sedang dalam masa konstruksi sebesar 20.126,1 MW atau 57%. Sedangkan pembangkit yang sudah berkontrak atau telah menjalankan power purchase agreement (PPA) namun belum konstruksi berjumlah 9.515,1 MW atau sebesar 27%. Selebihnya, ada yang masih dalam tahap pengadaan sebesar 1.253 MW (3%) dan tahap perencanaan sebanyak 934 MW (3%). Menurut Anang, penyelesaian proyek pembangkit hingga bisa beroperasi tergantung pada sejumlah kondisi. Tak jarang, imbuh Anang, penyelesaian pembangkit terhambat oleh masalah perizinan, terutama pengadaan lahan. Namun, ada juga pembangkit yang terhambat karena adanya pergeseran tanah atau kondisi alam lainnya. "Jadi ada faktor teknis dan non-teknis yang diperhitungkan," katanya. Hanya saja, Anang menekankan bahwa hal penting yang harus diperhatikan adalah pergerakan kebutuhan listrik (demand) yang bergerak dinamis khususnya tergantung dari pertumbuhan ekonomi. Sehingga, PLN pun bisa melakukan evaluasi hingga penjadwalan ulang, yang kemudian akan diperbaharui dalam RUPTL. "Jadi harus disesuaikan dengan demand forecast. Karena ini ada resiko, kalau terus dibangun tapi tidak dipake, investasi akan sia-sia," ujar Anang.
Hal senada juga pernah disampaikan oleh Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman. Ia bilang, penyelesaian megaproyek ini menyesuaikan supply-demand kelistrikan, yang diperkirakan, penambahan signifikan baru akan berlangsung pada tahun 2020 dengan beroperasinya sejumlah pembangkit berkapasitas jumbo. Syofvi pun menargetkan, megaproyek 35.000 ini bisa rampung dikisaran tahun 2023-2024. "Signifikan paling banyak masuk pada tahun 2020. Jadi bisa selesai antara 2023-2024," kata Syofvi selepas diseminasi RUPTL 2019-2028 beberapa waktu lalu. Target itu pun diamini oleh Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu. Dalam kesempatan yang sama, Jisman mengatakan proyek 35.000 MW yang sudah tersambung ke sistem terkesan baru sedikit, namun jika dilihat secara keseluruhan pembangkit yang sudah berkontrak mencapai sekitar 94%. Terlebih, pembangkit yang sudah beroperasi sebagaian besar terdiri dari pembangkit berskala kecil dengan masa persiapan dan konstruksi yang relatif singkat. Sementara, pembangkit berkapasitas jumbo seperti PLTU, PLTGU atau PLTP membutuhkan persiapan proyek dan proses konstruksi yang relatif lebih lama. "Jadi selesailah, kan (mayoritas) tinggal konstruksi, PPA sudah, masa nggak selesai, masuk semuanya itu," kata Jisman. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini