PLN targetkan bangun 10,6 GW pembangkit EBT sampai 2025



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PLN (Persero) menargetkan untuk membangun pembangkit energi baru terbarukan (EBT) sebesar 10,6 Giga Watt (GW) hingga 2025 mendatang. Program ini dijalankan beriringan dengan program efisiensi PLTU untuk mendukung target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 yang dicanangkan oleh pemerintah.

Executive Vice President of Engineering and Technology PLN Zainal Arifin mengatakan, PLN telah memetakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung program percepatan Carbon Neutral 2060. “Salah satunya adalah peta jalan (roadmap) pengembangan pembangkit EBT sesuai dengan RUPTL 2021-2030 ini," ujarnya dalam keterangan tertulis.

Pembangunan 10,6 GW pembangkit EBT baru ini bakal memanfaatkan beragam sumber EBT. Secara terperinci, 10,6 GW pembangkit EBT baru di 2025 akan terdiri dari 1,4 GW Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan 3,1 GW berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Sementara itu porsi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) 1,1 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 3,9 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 0,5 GW dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBio) 0,6 GW.


Baca Juga: Konsumsi listrik per kapita ditargetkan capai 4.000 kwh per kapita pada 2045

Zainal bilang, PLN akan mendorong anak usaha PLN yang bergerak di sektor enjiniring, PT PLN Enjiniring, untuk menggalakkan inovasi. Harapan Zainal, enjiniring dapat mengembangkan metode untuk mendukung perkembangan teknologi yang dibutuhkan dalam proses transisi energi. 

Dalam mengemban tugas ini, enjiniring, kata Zainal, dituntut untuk mampu mengembangkan grid PLN yang sudah beroperasi agar lebih smart dan fleksibel. “Langkah ini penting agar beragam pembangkit Variable Renewable Energy (VRE) ketika sudah beroperasi nantinya dapat disalurkan kepada pelanggan dengan kualitas yang dapat diandalkan,” tegasnya.

Sedikit informasi, Variable Renewable Energy (VRE) adalah sumber energi terbarukan yang tidak dapat terkoneksi dan tersinkronisasi langsung (undispatchable) dengan jaringan listrik karena sifatnya yang berfluktuasi, seperti tenaga angin dan tenaga surya. Berbeda dengan sumber energi terbarukan yang dapat dikontrol dan relatif konstan (dispatchable) seperti pembangkit listrik tenaga air atau geothermal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .