JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) persero terus berusaha menutupi kekurangan pasokan gas untuk pembangkit listriknya. Salah satu opsinya, dengan terus melakukan negoisasi impor dengan sejumlah negara. "Masih terus diskusikan, minggu lalu kan dari Iran kan datang. Berarti ini pembicaraan serius juga," kata Direktur Utama PLN Dahlan Iskan, di kantor Wakil Presiden, Kamis (25/8). Selain dengan Iran, PLN pun menjajaki impor dengan negara lain seperti Australia, Qatar, dan Papua Nugini. Diakui oleh Dahlan, sejauh ini belum ada kepakatan impor yang tercapai. "Masih tahap tawar menawar harga. Kita persaingkan harganya mana yang paling baik," katanya.Bagi PLN, kebutuhan atas pasokan gas sudah sangat mendesak. Terlebih subsidi bahan bakar untuk pembangkit listrik mulai dikurangi. Dahlan mengakui, sejauh ini, PLN masih kurang 600 BBTUD untuk mencukupi kebutuhan di lima PLTG yang ada. "Sakarang itu baru ada 300 BBTUD, kurang 600 BBTUD. Kurangnya lebih banyak dari yang ada," katanya. Persoalan pasokan gas menjadi hal pelik bagi PLN. Opsi impor dipilih PLN karena produksi gas dalam negeri telah habis terbagi. BP Migas mencatat, dari 7.600-an BBTUD produksi gas domestik, 43% lebih diperuntukkan untuk ekspor. Lebih dari 56% sisanya dialokasikan untuk berbagai industri, termasuk untuk PLN.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
PLN terus bergerliya untuk impor gas
JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) persero terus berusaha menutupi kekurangan pasokan gas untuk pembangkit listriknya. Salah satu opsinya, dengan terus melakukan negoisasi impor dengan sejumlah negara. "Masih terus diskusikan, minggu lalu kan dari Iran kan datang. Berarti ini pembicaraan serius juga," kata Direktur Utama PLN Dahlan Iskan, di kantor Wakil Presiden, Kamis (25/8). Selain dengan Iran, PLN pun menjajaki impor dengan negara lain seperti Australia, Qatar, dan Papua Nugini. Diakui oleh Dahlan, sejauh ini belum ada kepakatan impor yang tercapai. "Masih tahap tawar menawar harga. Kita persaingkan harganya mana yang paling baik," katanya.Bagi PLN, kebutuhan atas pasokan gas sudah sangat mendesak. Terlebih subsidi bahan bakar untuk pembangkit listrik mulai dikurangi. Dahlan mengakui, sejauh ini, PLN masih kurang 600 BBTUD untuk mencukupi kebutuhan di lima PLTG yang ada. "Sakarang itu baru ada 300 BBTUD, kurang 600 BBTUD. Kurangnya lebih banyak dari yang ada," katanya. Persoalan pasokan gas menjadi hal pelik bagi PLN. Opsi impor dipilih PLN karena produksi gas dalam negeri telah habis terbagi. BP Migas mencatat, dari 7.600-an BBTUD produksi gas domestik, 43% lebih diperuntukkan untuk ekspor. Lebih dari 56% sisanya dialokasikan untuk berbagai industri, termasuk untuk PLN.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News