KONTAN.CO.ID - Beban berat memang tengah ditanggung oleh PT PLN (Persero). Pasalnya perusahaan ini harus bertanggungjawab terhadap megaproyek 35.000 megawatt (MW). PLN juga kebagian membangun pembangkit dengan total kapasitas sekitar 10.000 MW. Belum lagi pembangunan gardu induk dan transmisi. Maka tidak heran jika PLN menanggung resiko keuangan yang cukup tinggi. Kepala Satuan Komunikasi Korporat, I Made Suprateka mengatakan beban keuangan PLN harus bisa diimbangi dengan cara mencari pendanaan untuk mengerjakan proyek kelistrikan.
Beban keuangan tersebut ditanggung PLN bukan karena ketidakmampuan PLN mengelola keuangan. Namun karena banyaknya pembangkit-pembangkit yang harus dibangun PLN. Pembangkit-pembangkit listrik ini pun dalam tiga sampai lima tahun belum bisa menyumbang pendapatan bagi PLN. Biarpun begitu, PLN terus berupaya agar bisa mengurangi risiko. Salah satunya dengan memanfaatkan grace periode dimana PLN hanya membayar bunganya saja dan tidak membayar angsuran. Selain itu, PLN juga melakukan revaluasi aset agar likuiditas terjaga. "Kami menyiapkan tentunya melakukan revaluasi aset untuk menyiapkan artinya sampai menyelesaikan proyek ini PLN bisa kurang lebih akan mampu memelihara tingkat likuidtas yang baik seiring meningkatnya jumlah pinjaman," kata Made ke KONTAN pada Selasa (26/9). Langkah terakhir yang bisa dilakukan PLN untuk menurunkan resiko keuangannya akibat besarnya pinjaman adalah dengan melakukan repayment schedule. Tapi langkah ini adalah langkah terakhir karena repayment schedule hanya diambil jika proyek yang dibangun sudah memberi pendapatan bagi perusahaan. Biarpun begitu, Made bilang resiko keuangan selalu ada terutama dalam proyek-peoyek kelistrikan. "PLTU minimal paling cepat tiga tahun bisa empat tahun, belum menjadi listrik tapi bayar bunganya. Makanya dipilih cara investasi corporate financing yang paling murah. Kalau failed memang jadi begitu, tapi ada upaya lain yang dilakukan," imbuhnya. Selain itu, Made juga bilang ada upaya lain yang dilakukan PLN yaitu melakukan efisiensi. "Efisiensi misalnya mengganti beberapa fuel mix yang dimiliki dengan energi premier yang efisien seperti solar, batubara, gas dan EBT," ungkapnya. Made juga bilang PLN mulai mengelola sumber-sumber energi primer seperti panas bumi dan tambang agar bisa menekan biaya pokok produksi dan ada margin yang bisa didapat PLN.
Selebihnya PLN menghimbau juga agar perusahaan penyedia energi primer bisa memberikan harga yang lebih kompetitif bagi PLN. Dengan begitu PLN bisa memberikan tarif yang terjangkau bagi masyarakat. "Pengusaha-pengusaha energi primer yang suplai ke PLN kalau untung ya untung tapi jangan teelalu ambisius. Pikirkan rakyat Indonesia yang perlu harga listrik terjangkau," katanya. Terakhir, Made juga menghimbau agar industri bisa menggunakan listrik dari PLN, bukan membangun pembangkit listrik sendiri. "Ada excess power yang sudah PLN siapkan, pakai saja itu. Kalau dulu memang ada defisit makanya bangun pembangkit sendiri. Namun sekarang terbalik, PLN sudah surplus," jelas Made. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto