PLN terus memompa permintaan kompor listrik induksi



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemakaian kompor listrik induksi dinilai positif, setidaknya diperlukan untuk dua kebutuhan. Yakni untuk menekan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG), serta meningkatkan permintaan dan konsumsi listrik.

Kepala Satuan Komunikasi Korporat PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) I Made Suprateka mengatakan, pihaknya memang mendorong penggunaan kompor listrik induksi. Made bilang, PLN tengah mempersiapkan kajian dan rencana kerja untuk pengembangannya, sembari terus mempromosikan penggunaan kompor listrik induksi.

"Kita rencanakan bikin program untuk marketing, sosialisasi, minimal melalui lomba masak dengan kompor listrik induksi, untuk memancing penggunaan," kata Made saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (23/1).


Namun, untuk kajian dan rencana kerja yang dimaksud, Made masih belum menyebut kapan itu akan siap. Kendati demikian, Made meyakinkan penggunaan kompor listrik induksi ini bisa menekan biaya konsumsi rumah tangga dibanding penggunaan LPG, serta positif bagi neraca perdagangan karena menekan impor LPG. "Iya jelas (lebih hemat), kajian akan seperti itu. Menghemat pengeluaran rumah tangga dan positif bagi devisa," imbuh Made.

Hanya saja, walau dinilai positif, namun PLN dan pihak terkait seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan belum akan menyiapkan regulasi atau insentif untuk mengakselerasi penggunaan kompor induksi ini. "Belum tahu, tunggu saja, masih terlalu prematur untuk itu," ungkap Made.

Sementara menurut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andy N. Sommeng, hal terpenting yang harus disiapkan ialah memastikan daya listrik di setiap rumah tangga bisa cukup dan andal.

Andy bilang, penggunaan kompor listrik induksi akan berkembang dengan sendirinya ketika harganya terjangkau dan manfaat penghematannya dirasakan masyarakat. "Dan juga lebih aman, pasti masyarakat memilih. Nantinya juga harus ada program kenaikan daya yang harus diinisiasi oleh PLN," kata Andy.

Sehingga, Andy meminta supaya program kenaikan daya tanpa tambahan biaya memperoleh dukungan. "Supaya listrik bisa sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas masyarakat, bukan hanya untuk penerangan rumah tangga," jelasnya.

Mengenai hal ini, Made Suprateka menyatakan bahwa PLN siap memastikan keandalan daya yang diperlukan, serta siap melayani kenaikan daya kapan pun ketika diperlukan. "Dengan senang hati kita layani, untuk insentif kita ada program tematikal, misalnya tahun baru atau hari layanan nasional, itu strategi marketing" terang Made.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa minilai, kompor listrik secara konsumsi energi lebih hemat sekitar 40% dibandingkan kompor LPG. Hanya saja, sambung Fabby, sekitar 85% pelanggan PLN koneksinya hanya sebesar 450 VA-1.300 VA.

Padahal, agar optimal, satu kompor listrik membutuhkan daya di atas 1.000 watt, atau paling tidak perlu 3.300 VA . "Tentunya PLN harus memastikan jaringan distribusinya siap dan mampu untuk melayani peningkatan daya listrik," kata Fabby.

Sehingga, menurut Fabby, PLN perlu menaikan daya pelanggan PLN secara gratis, yang disertai dengan pemberian insentif bagi yang menggunakan kompor listrik. Di samping itu, Kementerian ESDM pun dinilai perlu untuk mengeluarkan standar efisiensi kompor listrik aagr penggunaan energinya bisa jauh lebih hemat. "Seperti standar labelling di AC, itu cukup signifikan dalam konsumsi peralatan energi listrik," ujar Fabby.

Asal tahu saja, merujuk catatan Kementerian ESDM, sampai Oktober 2018, impor LPG mencapai 4,55 juta metrik ton, sementara konsumsi sepanjang tahun 2018 bisa mencapai 6,5 juta ton. Sayangnya, 60%-70% kebutuhan LPG dicukupi melalui impor.

Sedangkan untuk listrik, pada tahun ini kapasitas terpasang pembangkit ditargetkan menjadi 66.565,71 megawatt (MW) meningkat dari realisasi tahun lalu yang berada di angka 62.589,71 MW. Sedangkan untuk konsumsi listrik, target tahun ini dipatok sebesar 1.200 kwh per kapita, naik dibanding realisasi sepanjang 2018 yang sebesar 1.064 kWh per kapita.

Andy N. Sommeng pernah mengatakan, seiring dengan adanya peningkatan kapasitas, diperlukan kesiapan di sektor hilir sebagai serapannya. Artinya, supaya tidak terjadi oversupply maka serapan (demand) harus ditingkatkan, misalnya melalui konsumsi di sektor industri, mobil listrik, atau di sektor rumah tangga seperti penggunaan kompor listrik. "Supaya bukan oversupply dan tidak under demand, hilir harus siap. Demand ini yang harus kita dorong," ungkap Andy.​

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini