Jakarta. Rencana General Electric (GE) untuk membangun pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTB) masih molor. Kendalanya ketersediaan feed stock atau bahan baku untuk pembangkit yang masih minim membuat rencana ini masih menjadi angan. Padahal rencana ini terkuak pada tahun 2013 dan tahun 2014 menjadi target pengoperasian dari pembangkit ini. Namun realisasinya, sampai saat ini masih jalan ditempat.
Communication Leader GE Indonesia Ariavita Purnamasari, mengatakan ada beberapa kendala yang menyebabkan pembangunan pabrik ini masih tersedat. Salah satunya adalah
feed stock atau bahan baku pembangkit yang masih sulit untuk didapat.
”Untuk pembangkit ini menggunakan dua jenis bahan baku yaitu wood chip dari kayu lamtoro agung,” Ungkap Ariavita, Selasa (12/4). Ketersediaan kayu itu yang masih sulit, karena GE harus membuka lahan untuk menanam pohon itu dalam jumlah banyak. Kalaupun diganti dengan limbah sawit, hal itu mungkin saja, tapi kini masih dalam tahap pengkajian. Asal tahu saja dengan GE Indonesia tertarik menggarap proyek ini, karena melihat energy terbarukan mulai meningkat, seiring dengan program pengurangan bahan bakar minyak (BBM) terutama solar di beberapa wilayah Indonesia. Investasi untuk pembangunan PLTB itu juga dianggap lebih murah ketimbang pembangkit listrik tenaga disel (PLTD). Dan GE Indonesia telah menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak perusahaa swasta atau
independent power producers (IPP) dan PT PLN. Asal tahu saja rencana GE dengan PLN membangun pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTB) di pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, dengan kapasitas 1 MW dengan daya pengorpasian 750 KW. Adapun nilai investasi untuk pembangunan proyek itu mencapai US$ 5 juta. Namun hingga saat ini pembangunan fisik dari proyek ini belum terlihat. ”Sekarang masih pada sampai tahap pengkajian,” kata Ariavita. Proyek industri
Sejalan dengan keinginan Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan 13 kawasan industri dan 10 zona ekonomi khusus luar Jawa, bisa menjadi cuan perusahaan pembangkit listrik untuk memenuhi keperluan listrik didaerah tersebut. ”Hanya dari rencana Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan kawasan Industri dan zona ekonomi khusus saja diperkirakan kebutuhan listriknya mencapai 8-10 GW,” kata Country Leader for GE Gas Power Systems, George Djohan. Selain itu Djohan menjelaskan GE telah mengeluarkan riset pengelolaan kelistrikan suatu daerah dengan Swasembada atau
private power utilities di kawasan industri, akan memberikan manfaat yang banyak untuk menopang iklim industri di Indonesia. Jika kawasan industri memiliki ketersediaan listrik sendiri pihaknya menilai dapat memangkas biaya oprasional perusahaan dan terhindar dari pemadaman listrik tiba-tiba. ”Seperti kejadian di Nias kemarin tidak akan terulang, tiba-tiba pihak ketiga memutuskan tidak mensuplai listrik,” kata George. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto