JAKARTA. Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Bangkanai di Kalimantan Tengah berkapasitas 155 megawatt, diklaim bisa menghemat penggunaan bahan bakar solar. Jika nanti PLTMG Bangkanai beroperasi, maka ada 4 sistem kelistrikan yang selama ini isolated (operasi terpisah), yaitu Muara Teweh (8 MW), Buntok (10 MW), Batu Licin (12 MW) dan Sampit (33 MW), akan interconnected (terhubung dengan sistem) dengan sistem Kalselteng. Penggunaan BBM untuk 60 MW PLTD tersebut akan berganti dengan suplai listrik dengan bahan bakar gas. Potensi penghematan solar yang akan didapat sebesar 245.000 kilo liter per tahun atau Rp1,6 triliun per tahun. Ini, dengan perhitungan selisih BPP menggunakan PLTD Rp 2.800/kWh dan BPP menggunakan PLTMG Rp. 1.100/kWh. Sebelumnya, PLTMG seperti ini sudah diterapkan di Jawa Timur pada Pembangkit Listrik Grati, di mana penyimpanan gas dengan menggunakan tabung CNG dan mampu menyimpan 16 Mmscfd gas ke dalam tabung CNG serta mengoperasikan pembangkit selama 4 jam dengan kapasitas 300 MW. Pola seperti ini terjadi di luar Jawa seperti di Kalimantan. Dengan beban pemakaian listrik pada siang hari yang hanya 50% hingga 60% dibanding malam hari. “Dengan kapasitas 155 MW ini belum bisa untuk menjadi peaker, jadi kita akan menambah kapasitas pembangkit nanti setelah pembangkit ini beroperasi." Kata Nur Pamudji, Direktur Utama PLN. Nur yakin, dengan dengan teknologi CNG akan mampu menambah kapasitas pembangkit mencapai 200 MW dengan penggunaan volume gas yang tetap sama. "Ini merupakan cara efisien bila dilihat bahwa kebanyakan pembangkit di Kalimantan masih menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya,” pungkas Nur.
PLTMG Bangkanai bisa hemat BBM Rp 1,6 triliun
JAKARTA. Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Bangkanai di Kalimantan Tengah berkapasitas 155 megawatt, diklaim bisa menghemat penggunaan bahan bakar solar. Jika nanti PLTMG Bangkanai beroperasi, maka ada 4 sistem kelistrikan yang selama ini isolated (operasi terpisah), yaitu Muara Teweh (8 MW), Buntok (10 MW), Batu Licin (12 MW) dan Sampit (33 MW), akan interconnected (terhubung dengan sistem) dengan sistem Kalselteng. Penggunaan BBM untuk 60 MW PLTD tersebut akan berganti dengan suplai listrik dengan bahan bakar gas. Potensi penghematan solar yang akan didapat sebesar 245.000 kilo liter per tahun atau Rp1,6 triliun per tahun. Ini, dengan perhitungan selisih BPP menggunakan PLTD Rp 2.800/kWh dan BPP menggunakan PLTMG Rp. 1.100/kWh. Sebelumnya, PLTMG seperti ini sudah diterapkan di Jawa Timur pada Pembangkit Listrik Grati, di mana penyimpanan gas dengan menggunakan tabung CNG dan mampu menyimpan 16 Mmscfd gas ke dalam tabung CNG serta mengoperasikan pembangkit selama 4 jam dengan kapasitas 300 MW. Pola seperti ini terjadi di luar Jawa seperti di Kalimantan. Dengan beban pemakaian listrik pada siang hari yang hanya 50% hingga 60% dibanding malam hari. “Dengan kapasitas 155 MW ini belum bisa untuk menjadi peaker, jadi kita akan menambah kapasitas pembangkit nanti setelah pembangkit ini beroperasi." Kata Nur Pamudji, Direktur Utama PLN. Nur yakin, dengan dengan teknologi CNG akan mampu menambah kapasitas pembangkit mencapai 200 MW dengan penggunaan volume gas yang tetap sama. "Ini merupakan cara efisien bila dilihat bahwa kebanyakan pembangkit di Kalimantan masih menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya,” pungkas Nur.