PLTP Butuh Modal Besar, Begini Prospek Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Menurut DPR



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dinilai punya potensi bisnis yang cerah, seiring dengan melimpahnya sumber daya panas bumi Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi panas bumi di Tanah Air mencapai 23,7 gigawatt (GW). Dengan kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) sebesar 2.276 megawatt (MW), pemanfaatan panas bumi di Indonesia juga menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat (AS).

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno optimistis, anak usaha PT Pertamina (Persero) ini bisa berkembang di industri panas bumi.


"Saya kira prospek bisnis yang dimiliki PGEO cukup baik meskipun high risk dan high capital, tetapi prospek bisnis energi baru terbarukan (EBT) ke depan tinggi dan minat investor tinggi. Jadi prospeknya cerah ke depan," kata Eddy, Senin (20/3).

Baca Juga: Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Bakal Tambah Kapasitas Pembangkit

Eddy mengakui, proyek PLTP yang digarap PGE memang butuh modal besar. Total investasi yang disiapkan perusahaan sebesar US$ 1,6 miliar dalam lima tahun ke depan atau hingga 2027. Nilai ini setara Rp 24,2 triliun, dengan estimasi kurs Rp 15.133 per dolar AS.

Karenanya, Eddy menilai keputusan PGEO untuk melantai di bursa saham alias Initial Public Offering (IPO) cukup tepat.

"Dengan IPO ini, sebagian besar untuk modal awal proyek, bisa dilaksanakan. Tinggal bagaimana PGEO dan mitra bisa menjalankannya, baik mitra nasional atau swasta asing. Melihat tingginya minat EBT, saya kira PGEO enggak akan kesulitan dapat partner, sehingga bank akan tertarik membiayai proyek PGEO ke depannya," ujar Eddy.

Corporate Secretary PGEO Muhammad Baron mengatakan, PGEO berambisi untuk meningkatkan kapasitas listrik sebanyak 600 MW dalam 5 tahun ke depan.

Dana yang diperoleh dari IPO dialokasikan untuk pengembangan usaha sebesar 85 % dan sekitar 15 % akan digunakan untuk pembayaran sebagian utang. "Pendanaan dari pasar modal melalui IPO diharapkan dapat mendukung percepatan pengembangan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi," kata Baron.

Salah satu yang telah dilakukan adalah rencana penambahan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 55 MW di salah satu area operasi PGEO di Lumut Balai, Sumatra Selatan, yang di target dapat selesai di tahun 2024.

 
PGEO Chart by TradingView

Sementara itu, kontrak penjualan uap dan listrik PGEO merupakan kontrak yang bersifat jangka panjang dan selalu terbayarkan secara tepat waktu. "Dengan tambahan dana segar IPO, PGEO masih memiliki arus kas yang cukup kuat dan mampu mengatasi kewajiban bayar utang secara tepat waktu," ujar Baron.

Di sisi lain, emiten pelat merah ini mengumumkan adanya pos pendapatan baru dari hasil perdagangan karbon sepanjang tahun lalu. Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy  Nelwin Aldriansyah menyatakan, pendapatan dari perdagangan karbon ini seiring dengan komitmen PGEO untuk turut serta melakukan transisi energi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari