KONTAN.CO.ID - Di tengah meningkatnya kebutuhan akan energi bersih dan keandalan pasokan listrik nasional, pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terus berkembang dengan berbagai konfigurasi teknologi. Mulai dari sistem terhubung jaringan (on-grid) hingga sistem mandiri (off-grid) yang terintegrasi dengan Battery Energy Storage System (BESS), PLTS kini menjadi solusi strategis untuk menjawab tantangan ketahanan energi, khususnya bagi sektor industri dan wilayah terpencil. Sebagai penyedia solusi energi surya, SUN Energy menghadirkan sistem PLTS yang dirancang sesuai kebutuhan pelanggan, termasuk PLTS off-grid yang dikombinasikan dengan BESS. Teknologi ini memungkinkan pasokan listrik stabil selama 24 jam tanpa ketergantungan pada bahan bakar fosil, sekaligus mendukung upaya percepatan transisi menuju ekonomi rendah karbon dan kemandirian energi nasional. Urgensi transisi energi semakin nyata. Laporan World Meteorological Organization (WMO) mencatat 2024 sebagai tahun terpanas dalam sejarah modern, dengan suhu global meningkat 1,55°C di atas level pra-industri. Sementara itu, International Energy Agency (IEA) melaporkan bahwa sektor pembangkitan listrik dan panas masih menyumbang sekitar 43% emisi karbon dioksida (CO₂) global, mempertegas perlunya percepatan pemanfaatan energi terbarukan seperti PLTS.
PLTS Off-Grid dan BESS: Solusi Energi Mandiri dan Andal
Efisiensi dan Keberlanjutan untuk Sektor Industri
Kebutuhan energi sektor industri di Indonesia terus meningkat seiring ekspansi manufaktur dan pertumbuhan ekonomi, sementara ketergantungan pada energi berbasis fosil masih relatif tinggi. Kajian Institute for Essential Services Reform (IESR) menunjukkan potensi teknis PLTS di Indonesia berada pada kisaran 3,3 hingga 20 Terawatt-peak (TWp). Namun, hingga Agustus 2024, kapasitas terpasang baru mencapai sekitar 718 Megawatt-peak (MWp), menandakan masih terbukanya peluang besar pemanfaatan energi surya di sektor industri. Dari sisi keekonomian, laporan International Renewable Energy Agency (IRENA) mencatat bahwa pada 2024, biaya pembangkitan listrik tenaga surya skala utilitas (levelized cost of electricity/LCOE) stabil di kisaran US$0,043 per kWh, atau sekitar 41% lebih murah dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar fosil paling efisien. Penurunan biaya ini menjadikan energi surya semakin kompetitif dan layak diterapkan, baik dalam skala besar maupun sistem mandiri off-grid.Containerized Battery Energy Storage System Pertama di Indonesia