PLTS Rooftop pertama dari Terregra (TGRA) beroperasi di Bali



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan renewable energy PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) kembali menunjukkan komitmen untuk terus mendukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia.

Pada pekan lalu, proyek PLTS rooftop dengan menggunakan teknologi panel surya milik TGRA secara resmi beroperasi di Waterboom Bali melalui skema B2B (business to business).

Dukungan TGRA untuk Waterbom di Bali, seiring dengan keinginan manajemen PT Bali Oceanic Magic untuk melakukan pendekatan go green dalam menjalankan bisnisnya.


“Ini merupakan proyek listrik rooftop pertama kami, Terregra membuat semua peralatan dan menjual  listriknya kepada pengelola Waterboom Bali. Kerja sama ini akan berlangsung selama 20 tahun. Pembangun proyek ini sendiri dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 3 bulan,” ucap Christin Soewito, Corporate Secretary TGRA melalui keterangannya, Rabu (7/11).

Terregra  melalui anak perusahaannya yaitu PT Ananta Surya Kencana, mempunyai beberapa proyek PLTS rooftop di Bali dengan kapasitas yang lebih besar dan akan dipublikasikan jika kontrak sudah ditandatangani.

Christin menjelaskan, bisnis teknologi panel surya saat ini masih dilakukan secara B2B, dikarenakan regulasinya masih dalam proses penyusunan oleh pemerintah. Namun Terregra tetap aktif membangun dan mengembangkan teknologi ini, sehingga pada saat regulasinya sudah jelas, Terregra akan menjadi leader dan perusahaan paling besar yang memproduksi listrik dengan menggunakan panel surya.

Kata Christin, dukungan Terregra dengan menghadirkan energi ramah lingkungan di Waterbom Bali merupakan bagian integral dari komitmen perusahaan sejak awal berdiri bahwa Terregra ingin menjadi leader di bisnis renewable energy.

Terregra juga diposisikan sebagai Independent Power Producer (IPP), yang berarti Terregra mampu membangun, mengelola, dan menghitung utilisasi penggunaan pembangkit listrik tersebut.

Di luar negeri, tepatnya di negeri Kanguru - Australia, Terregra mengembangkan PLTS 35 MW tahun 2019. Proyek pertama dengan kapasitas 5 MW sedang dalam tahap konstruksi yang akan beroperasi di kuartal 1 2019  dengan skema penjualan langsung ke market.

Australia dipilih karena dari sisi radiasi matahari juga bagus sehingga serapan energi sinar matahari lebih maksimal. Selain itu, di Australia tidak terlalu banyak regulasi sehingga memudahkan dari sisi bisnis.  Meski begitu, pemerintah saat ini juga tengah menghitung skema harga listrik dengan teknologi PLTS Rooftop.

Untuk Jakarta sendiri, permintaan untuk panel surya rooftop tetap ada, namun radiasi matahari cenderung kurang bagus seperti halnya di kawasan barat Indonesia, sehingga serapan energi tidak maksimal. Sementara di kawasan timur Indonesia radiasinya cukup bagus sehingga arah pengembangan bisnis lebih ke kawasan timur.

Hal lain yang jadi tantangan adalah persepsi publik bahwa teknologi panel surya cenderung mahal. Padahal, dalam jangka panjang teknologi ini lebih hemat dan juga sedikit perawatan. 

Teknologi PLTS Rooftop, sangat tepat diaplikasikan untuk area perkantoran karena dari sisi penggunaan alias peak hour lebih panjang.

Saat ini, beberapa perusahaan juga sudah menggunakan teknologi rooftop panel surya dari Terregra dengan skema, Terregra membangun panel surya dan teknologinya kemudian dibeli dan dikelola penuh oleh perusahaan.

“Kami ingin market melihat bahwa Terregra sangat komitmen dalam menjalankan apa yang sudah direncanakan,” tegas Christin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto