KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kian serius dengan rencana mempensiunkan sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dalam beberapa tahun ke depan. Demi mempercepat rencana tersebut, pemerintah dikabarkan siap memanfaatkan fasilitas Energy Transition Mechanism (ETM) yang disediakan Asian Development Bank (ADB). ADB dikabarkan siap membantu Indonesia dan Filipina untuk mempensiunkan 50% Pembangkit Listrik batubara 10 tahun hingga 15 tahun ke depan.
Lewat rencana bertajuk:
Energy Transition Mechanism, ADB siap memberikan dana multi miliar dollar Amerika Serikat (AS) untuk memensiunkan penggunaan pembangkit listrik bertenaga batubara, dan akan fokus pada investasi energi bersih.
Baca Juga: Pemerintah diminta transparan pembagian DOC peternak dan importasi kuota impor GPS Analis KGI Sekuritas Nugroho R. Fitriyanto mengungkapkan rencana mengurangi porsi PLTU sejatinya sudah terlihat dari Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 dimana porsi pembangkit batubara akan kian menurun. Kehadiran fasilitas ETM dari ADB dinilai bakal kian mempercepat terwujudnya rencana ini. Kondisi ini diyakini memang bakal berdampak pada serapan batubara domestik khususnya untuk sektor ketenagalistrikan. Kendati demikian, Nugroho menilai penjualan batubara produksi dalam negeri sejatinya didominasi oleh pasar ekspor. "Hingga semester I 2021, lebih dari 50% penjualan batubara masih berasal dari ekspor," kata Nugroho kepada Kontan, Rabu (3/11). Nugroho melanjutkan, langkah menghentikan operasi PLTU tidak akan terjadi secara instan. Apalagi, pemerintah perlu mempertimbangkan ketersediaan sumber energi yang dapat diandalkan.
Baca Juga: Pemerintah klaim carbon pricing dan pajak karbon bisa tingkatkan investasi Untuk itu, Nugroho menilai upaya menghentikan operasi PLTU tak serta merta akan langsung menurunkan permintaan batubara domestik untuk kelistrikan.
"Penurunan volume permintaan batubara domestik diperkirakan tidak akan terjadi dalam waktu dekat dan imbasnya ke performa emiten batubara untuk saat ini diperkirakan minim," ujar Nugroho. Sementara itu, untuk jangka panjang Nugroho mengungkapkan, emiten batubara dengan pangsa pasar ekspor dominan akan lebih sedikit menerima dampak. "Oleh karena itu, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) dan PT Adaro Energy Tbk (
ADRO) seharusnya memiliki prospek yang lebih baik karena penjualan ekspornya mendominasi," pungkas Nugroho.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli