KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya Unit 9 & 10 ditargetkan mulai kontruksi pada tahun depan. Saat ini, proyek pembangkit berkapasitas 2 x 1.000 MW ini masih merampungkan proses pendanaan. Direktur Operasi PT Indo Raya Tenaga Yudianto Permono mengatakan, proyek PLTU tersebut membutuhkan investasi sekitar US$ 3,5 miliar. Yudianto menargetkan, pada akhir tahun ini pihaknya sudah bisa mengunci pendanaan dari sindikasi perbankan. Baca Juga: PLN raih 3 penghargaan ASEAN Coal Awards 2019 di Bangkok Thailand "Proyek PLTU ini kan tidak membebani APBN, jadi kita harus cari lender. Kita dan lender sama sama investasi. Sekarang sedang finalisasi, kita harapkan selesai tahun ini," katanya saat ditemui di PLTU Suralaya, Selasa (24/9). Yudianto mengungkapkan, sudah ada 15 lender yang melakukan pembicaraan untuk membiayai proyek ini. Ia menyebut, lender tersebut terdiri dari campuran bank atau lembaga pembiayaan lokal dan asing. "Paling banyak dari Asia, tapi dari bank lokal juga ada," sambungnya. Yudianto menuturkan, K-Exim dan K-Sure yang merupakan lembaga pembiayaan asal Korea Selatan masih memegang porsi dominan dalam pendanaan proyek ini. "Lender Korea paling banyak, hampir 50%," ujarnya. Yudianto bilang, pendanaan sindikasi tersebut ditargetkan bisa menutupi 70%-75% biaya investasi PLTU Suralaya 9 & 10. Sedangkan sisanya, akan ditutupi oleh PT Indo Raya Tenaga. Baca Juga: Tim investigasi Polri akan umumkan penyebab blackout Jumat besok Yudianto menyebutkan, pendanaannya kemungkinan menggunakan skema campuran antara kas internal dan pinjaman. "sisanya dari equity Indoraya. Skema financing masih kita tentukan, kemungkinan ada pinjem juga," terangnya. Asal tahu saja, proyek PLTU Suralaya Unit 9 & 10 di bangun oleh PT Indonesia Power (IP), anak usaha PT PLN (Persero) yang bekerjasama dengan Barito Pacific group. PT Indo Raya Tenaga merupakan perusahaan patungan alias Joint Venture yang dibentuk oleh IP dan Barito. IP memegang porsi mayoritas dengan 51%, dan sisanya dimiliki Barito Pacific group. Lebih lanjut, Yudianto menerangkan, PLTU Suralaya Unit 9&10; ditargetkan sudah bisa dibangun secara pararel pada awal tahun depan. Saat ini, proses pengerjaan proyek sudah masuk ke tahap pemadatan lahan. "Itu (pemadatan lahan) sekitar 5%-10% dari total proyek, sisanya pembangunan fisik PLTU," terangnya. Menurut Yuniarto, pembangunan dan pengoperasian PLTU ini yang masuk ke dalam megaproyek 35.000 MW ini masih sesuai dengan RUPTL. Ditargetkan, PLTU Suralaya unit 9 berkapasitas 1.000 MW sudah bisa beroperasi pada tahun 2023. "Unit berikutnya pada tahun 2024," imbuhnya. Adapun, PLTU Suralaya unit 9&10; akan menyedot sekitar 7 juta ton batubara berkalori 4.400 kcal/kg setiap tahunnya. Menurut Yuniarto, batubara tersebut akan dipasok secara internal oleh PLN.
PLTU Suralaya Unit 9 & 10 mulai konstruksi tahun depan
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya Unit 9 & 10 ditargetkan mulai kontruksi pada tahun depan. Saat ini, proyek pembangkit berkapasitas 2 x 1.000 MW ini masih merampungkan proses pendanaan. Direktur Operasi PT Indo Raya Tenaga Yudianto Permono mengatakan, proyek PLTU tersebut membutuhkan investasi sekitar US$ 3,5 miliar. Yudianto menargetkan, pada akhir tahun ini pihaknya sudah bisa mengunci pendanaan dari sindikasi perbankan. Baca Juga: PLN raih 3 penghargaan ASEAN Coal Awards 2019 di Bangkok Thailand "Proyek PLTU ini kan tidak membebani APBN, jadi kita harus cari lender. Kita dan lender sama sama investasi. Sekarang sedang finalisasi, kita harapkan selesai tahun ini," katanya saat ditemui di PLTU Suralaya, Selasa (24/9). Yudianto mengungkapkan, sudah ada 15 lender yang melakukan pembicaraan untuk membiayai proyek ini. Ia menyebut, lender tersebut terdiri dari campuran bank atau lembaga pembiayaan lokal dan asing. "Paling banyak dari Asia, tapi dari bank lokal juga ada," sambungnya. Yudianto menuturkan, K-Exim dan K-Sure yang merupakan lembaga pembiayaan asal Korea Selatan masih memegang porsi dominan dalam pendanaan proyek ini. "Lender Korea paling banyak, hampir 50%," ujarnya. Yudianto bilang, pendanaan sindikasi tersebut ditargetkan bisa menutupi 70%-75% biaya investasi PLTU Suralaya 9 & 10. Sedangkan sisanya, akan ditutupi oleh PT Indo Raya Tenaga. Baca Juga: Tim investigasi Polri akan umumkan penyebab blackout Jumat besok Yudianto menyebutkan, pendanaannya kemungkinan menggunakan skema campuran antara kas internal dan pinjaman. "sisanya dari equity Indoraya. Skema financing masih kita tentukan, kemungkinan ada pinjem juga," terangnya. Asal tahu saja, proyek PLTU Suralaya Unit 9 & 10 di bangun oleh PT Indonesia Power (IP), anak usaha PT PLN (Persero) yang bekerjasama dengan Barito Pacific group. PT Indo Raya Tenaga merupakan perusahaan patungan alias Joint Venture yang dibentuk oleh IP dan Barito. IP memegang porsi mayoritas dengan 51%, dan sisanya dimiliki Barito Pacific group. Lebih lanjut, Yudianto menerangkan, PLTU Suralaya Unit 9&10; ditargetkan sudah bisa dibangun secara pararel pada awal tahun depan. Saat ini, proses pengerjaan proyek sudah masuk ke tahap pemadatan lahan. "Itu (pemadatan lahan) sekitar 5%-10% dari total proyek, sisanya pembangunan fisik PLTU," terangnya. Menurut Yuniarto, pembangunan dan pengoperasian PLTU ini yang masuk ke dalam megaproyek 35.000 MW ini masih sesuai dengan RUPTL. Ditargetkan, PLTU Suralaya unit 9 berkapasitas 1.000 MW sudah bisa beroperasi pada tahun 2023. "Unit berikutnya pada tahun 2024," imbuhnya. Adapun, PLTU Suralaya unit 9&10; akan menyedot sekitar 7 juta ton batubara berkalori 4.400 kcal/kg setiap tahunnya. Menurut Yuniarto, batubara tersebut akan dipasok secara internal oleh PLN.