Plus minus holding migas bagi PGAS



KONTAN.CO.ID - Meski belum ada kejelasan, namun rencana pembentukan holding minyak dan gas (migas) belum sepenuhnya pudar. Analis menilai, ada sejumlah hal positif yang bisa diperoleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan pembentukan holding tersebut.

Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman mengatakan, dengan pembentukan holding tersebut, setidaknya benturan bisnis antara PGAS dan Pertagas bisa dinetralisir.

"Pembentukan holding itu juga bisa memberikan akses yang lebih besar bagi PGAS," ujarnya kepada KONTAN, Senin (4/9). Aksesnya bisa berupa channel distribusi baru, atau bahkan sumber daya baru.


Namun, bukan berarti pembentukan holding itu sepenuhnya memberikan sentimen postif. Ada potensi implikasi yang bisa saja muncul.

Pembentukan tersebut menggabungkan kultur dua perusahaan yang mungkin berbeda. Bisa saja bukannya sinergi yang terbentuk, tapi justru ketidakefisiensian yang muncul. "Yang harusnya satu tambah satu bisa jadi empat, ini malah hanya satu setengah," kata Nico.

VP Research & Analysis Valbury Asia Futures Nico Omer Jonckheere sependapat. Menurutnya, holding tak menjamin 100% membuat akses PGAS menjadi terbuka lebih lebar. "Lalu, apakah PGAS selama ini mempunyai kesulitan untuk memperoleh akses distribusi atau sumber daya," jelas Nico.

Meski demikian, Norico menambahkan, sudah ada beberapa contoh pembentukan holding yang bisa membuat kinerja menjadi lebih solid. "Ada SMGR, lalu PTPN di sektor perkebunan," imbuhnya.

Soal saham, Nico bilang, secara teknikal, investor masih bisa masuk ke saham PGAS. Tapi, hanya beli jika menembus resistance. "Beli apabila memecahkan resistance di Rp 2.350 per saham," kata Nico.

Senin (4/9), saham PGAS ditutup turun 135 poin atau setara 6,37% ke level Rp 1.985 per saham. Nico bilang, support berikutnya ada di level Rp 1.900 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini