PM Brown Desak Arab Saudi untuk Turut Andil dalam Kucuran Dana IMF



RIYADH/NEW YORK. Minggu (2/11), Perdana Menteri Inggris Gordon Brown mengatakan bahwa pihaknya sangat berharap suntikan dana dari Saudi Arabia kepada badan moneter internasional (IMF). Hal ini ditujukan sebagai langkah antisipasi dalam menangani krisis finansial global yang terjadi.

Awal mula terjadinya krisis finansial yang terburuk dalam 80 terakhir ini diakibatkan anjloknya pasar perumahan di Amerika Serikat (AS). Hal ini kemudian berdampak luas dan menyebabkan perlambatan ekonomi di Asia dan Amerika Utara.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah di sejumlah negara sudah memangkas tingkat suku bunganya. Namun, sebagian negara lainnya terpaksa menoleh kan muka kepada IMF dan badan peminjam dana global lainnya untuk mendapatkan pinjaman.


Brown sendiri akhirnya memutuskan untuk melakukan tour ke kawasan Teluk dalam serangkaian acara yang berlangsung selama seminggu. Puncaknya, Brown juga akan hadir dalam pertemuan menteri keuangan dari 20 negara dengan perekonomian utama di Brazil. 

Dalam kunjungannya ke Riyadh, Brown mengimbau agar negara-negara dengan sumber keuangan mapan, seperti negara produsen minyak di kawasan teluk, untuk memberikan kontribusinya kepada fasilitas baru IMF. Setelah beberapa waktu, Brown juga berharap agar Arab Saudi juga turut berpartisipasi.

“Dengan adanya partisipasi dari Arab Saudi, saya rasa akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap badan dana dunia. Saya juga mengharapkan adanya bantuan dari negara-negara produsen minyak, yang sudah mendapatkan pendapatan sebesar US$ 1 triliun lebih dari kenaikan harga minyak dalam setahun belakangan,” jelas Brown di ibukota Arab Saudi, Riyadh.

Catatan saja, IMF yang pada 28 Agustus lalu memiliki dana sebesar US$ 201 miliar, sudah menawarkan pinjamannya kepada sejumlah negara untuk mengatasi krisis. Beberapa diantaranya adalah Islandia, Ukraina, Hongaria dan Belarus. Saat ini, sudah ada beberapa negara yang tengah dalam perundingan dengan IMF untuk mengajukan pinjaman di negaranya.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie