PM Inggris Boris Johnson adakan pertemuan darurat bahas virus corona



KONTAN.CO.ID - LONDON. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan memimpin pertemuan darurat untuk membahas tentang penyebaran virus corona pada Senin (9/3). Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan langkah-langkah yang lebih ketat guna mengatasi dampak dari wabah tersebut.

Inggris, sejauh ini melaporkan tiga kematian dan 278 kasus virus corona baru. Pengecer terbesar di negara itu, Tesco, telah membatasi pembelian produk-produk seperti gel anti-bakteri dan tisu, pasta kering dan susu tahan lama.

"Jumlah kasus virus corona terus meningkat di Inggris dan di seluruh dunia," kata Johnson, hari ini. "Kami siap dan akan terus membuat keputusan untuk melindungi publik berdasarkan saran ilmiah terbaru."


Baca Juga: Pasien ketiga corona meninggal, Inggris bakal rilis undang-undang darurat

Virus corona yang muncul di China pada bulan Desember, menyebabkan penyakit yang disebut Covid-19. Penyakit ini telah menyebar ke seluruh dunia, menginfeksi lebih dari 110.000 orang dan 3.800 orang telah meninggal di seluruh dunia.

Sebuah kelompok ilmiah darurat Inggris sepakat, bahwa virus corona itu kemungkinan akan menyebar secara signifikan. 

Hal tersebut membuat kepanikan di masyarakat. Alhasil, beberapa rak supermarket Inggris dikosongkan dari kebutuhan dasar seperti kertas toilet hingga gel anti bakteri. 

Pemerintah Inggris pun telah membentuk tim untuk menangani masalah "gangguan dan disinformasi" di sekitar penyebaran virus corona.

Sekretaris kebudayaan Inggris Oliver Dowden menyebut, hingga saat ini tidak ada rencana untuk menutup museum, galeri seni atau ruang konser, atau membatalkan pertandingan olahraga atau dimainkan secara tertutup.

"Kami tidak berada di dekat panggung semacam itu," katanya kepada BBC TV. "Tidak ada alasan bagi orang untuk tidak menghadiri acara seperti itu atau membatalkannya pada tahap ini, tetapi kami tetap mengkaji."

Baca Juga: Ini syarat tim bulu tangkis China untuk dapat ikuti turnamen Singapore Open 2020

Dowden menambahkan, masyarakat tidak perlu melakukan penimbunan terhadap barang dan makanan. 

"Kami yakin bahwa supermarket memiliki rantai pasokan yang diperlukan untuk menjaga rak tetap ada," katanya

Editor: Anna Suci Perwitasari