PM Jepang Santap Seafood Fukushima, Tepis Kekhawatiran Atas Limbah Nuklir



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Demi membuktikan bahwa ekosistem laut Fukushima aman dan terbebas dari radiasi nuklir, Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, pada hari Rabu (30/8) menggelar makan siang terbuka dengan menu hidangan laut yang diambil langsung dari laut Fukushima.

Tidak sendirian, Kishida juga mengajak beberapa menteri kabinetnya, termasuk Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri, Yasutoshi Nishimura, juga ikut dalam acara makan siang bersama tersebut. 

Nishimura, yang bertanggung jawab atas kebijakan nuklir Jepang, mengatakan bahwa Kishida memakan sashimi yang terdiri dari ikan bass, flounder, dan gurita, bersama dengan nasi yang dipanen di Fukushima.


Baca Juga: Jepang Buang Limbah PLTN ke Laut, China: Mereka Egois dan Tidak Bertanggung Jawab

"Kita perlu memberi tahu masyarakat baik di dalam maupun luar negeri tentang keamanan makanan laut yang ditangkap di laut dekat kompleks nuklir Fukushima," kata Nishimura, dikutip Kyodo.

Pertemuan makan siang tersebut jelas bertujuan untuk menghilangkan kekhawatiran mengenai kemungkinan dampak negatif dari air limbah PLTN Fukushima terhadap kesehatan manusia. Aksi para pejabat Jepang itu juga menegaskan bahwa produk laut yang dipanen dari kawasan timur Jepang sangat layak untuk dikonsumsi.

Baca Juga: Sikap Anti-Jepang di China Menguat Pasca Pembuangan Limbah PLTN Fukushima ke Laut

Pembuangan Limbah Air PLTN Fukushima

Kamis pekan lalu, Jepang mulai membuang air yang digunakan untuk mendinginkan reaktor nuklir PLTN Fukushima Daiichi ke Samudera Pasifik.

Jepang mengklaim bahwa sebagian besar radionuklida, kecuali tritium, telah berhasil dihilangkan dari air melalui proses pemurnian sebelum dibuang.

Menurut para analis, tritium tidak terlalu berbahaya bagi kesehatan manusia dibandingkan bahan radioaktif lainnya, seperti cesium dan strontium, karena memancarkan radiasi lemah dan tidak terakumulasi di dalam tubuh.

Baca Juga: Jepang Berpeluang Mengadu ke WTO Karena Produk Makanan Lautnya Diblokir China

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga mengatakan metode pelepasan air di Jepang sejalan dengan standar keselamatan global dan akan memiliki dampak radiologis yang dapat diabaikan oleh manusia dan lingkungan.

Sayangnya, China masih mengkritik pembuangan air tersebut dan memberlakukan larangan impor produk perikanan Jepang setelah pembuangan tersebut dimulai.

Pemerintah Jepang akhirnya menyiapkan dua dana terpisah, masing-masing 30 miliar yen dan 50 miliar yen untuk membantu nelayan lokal dalam mempertahankan bisnis mereka.