KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, resmi mengundurkan diri pada Minggu, hanya beberapa bulan setelah menjabat. Ia menyatakan mundur sebagai bentuk tanggung jawab atas kekalahan telak koalisi berkuasa dalam pemilu, yang mengakibatkan hilangnya mayoritas di kedua majelis parlemen. Meningkatnya biaya hidup menjadi salah satu faktor utama kemarahan publik, yang memicu penurunan dukungan terhadap pemerintahan Ishiba.
Gejolak Pasar Keuangan
Keputusan mundurnya Ishiba langsung mengguncang pasar keuangan Jepang. Yen melemah, sementara imbal hasil obligasi jangka panjang menyentuh rekor tertinggi. Baca Juga: Jepang Gelar Upacara Dewasa Pangeran Hisahito di Tengah Krisis Suksesi Kekaisaran Investor khawatir kandidat pengganti Ishiba akan mendorong kenaikan belanja pemerintah, yang berpotensi memperburuk kondisi fiskal Jepang sebagai negara dengan utang publik terbesar di antara negara maju. Di sisi kebijakan moneter, ketidakpastian politik diperkirakan akan menunda rencana Bank of Japan (BOJ) untuk menaikkan suku bunga. Probabilitas kenaikan suku bunga pada Oktober turun drastis, dari 46% menjadi hanya sekitar 20% dalam sepekan terakhir.Kandidat Kuat Pengganti Ishiba
Beberapa tokoh besar LDP sudah mulai menyatakan niat maju. Mantan Menlu Toshimitsu Motegi (69) menegaskan pentingnya persatuan partai dalam menghadapi krisis. Sementara itu, Yoshimasa Hayashi, Kepala Sekretaris Kabinet, juga disebut siap mencalonkan diri. Namun, sorotan utama tertuju pada dua figur populer:- Sanae Takaichi (64), politisi senior LDP yang dikenal berpandangan konservatif dan nasionalis. Jika terpilih, ia akan menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang.
- Shinjiro Koizumi (44), putra mantan PM Junichiro Koizumi. Ia sebelumnya menjabat Menteri Pertanian di bawah Ishiba, dan berpotensi menjadi PM termuda Jepang di era modern.