BANGKOK. Pada Selasa (14/1) kemarin, Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur dari jabatan meski aksi demonstrasi terus dilakukan di Bangkok. Hal ini menandakan, krisis politik di Negeri Gajah Putih tersebut menemui jalan buntu. "Saya sudah menekankan berulang kali bahwa saya akan tetap melakukan kewajiban saja setelah pembubaran parlemen. Saya ingin menyatakan bahwa saya tidak mempertahankan posisi saya, tapi saya harus menciptakan kestabilan politik. Saya melakukan tugas untuk menciptakan demokrasi," tegas Yingluck.Pada hari ini (15/1), Yingluck mengajak digelarnya pertemuan dengan sejumlah kelompok, termasuk di antaranya lawan politiknya. Pertemuan ini untuk mendiskusikan proposal dari Komisi Pemilu untuk menunda pelaksanaan pemilu pada 2 Februari mendatang. Namun, pimpinan aksi protes Suthep Thaugsuban, Partai Demokrat, dan bahkan Komisi Pemilunya sendiri menolak untuk berpartisipasi. Terkait hal itu, Yingluck mengimbau agar semua pihak mau mendiskusikan masalah reformasi karena Thailand tengah sakit dan banyak rakyat yang menderita.Banyak pihak yang meragukan pelaksanaan pemilu pada bulan depan. Selain itu, banyak lawan politik Yingluck yang menyadari bahwa dia akan memenangkan pemilu lainnya. Itu sebabnya, para demonstran meminta untuk menggantikan seluruh pemerintahan dengan orang-orang yang dianggap bersih dari kolusi dan nepotisme.Seperti yang diketahui, para demonstran sudah menduduki dan bersikeras untuk menutup kota dengan 12 juta penduduk tersebut. Meski aksi demonstrasi terus berlanjut, namun aktifitas kaum metropolis di negara tersebut tidak terpengaruh. Hal ini terlihat dari dibukanya sekolah-sekolah seperti biasa, para komuter tetap bekerja, dan dibukanya pusat bisnis di kota Bangkok. Para demonstran menuntut Yingluck untuk mundur karena menganggap dirinya hanya perpanjangan tangan sang kakak, Thaksin Shinawatra. Sejak penggulingan Thaksin, aksi kekerasan terus terjadi di Thailand. Setidaknya, delapan orang dilaporkan tewas dan ratusan orang lainnya terluka dalam sebuah bentrokan sejak akhir tahun lalu.
PM Thailand keukeuh tak akan mundur!
BANGKOK. Pada Selasa (14/1) kemarin, Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur dari jabatan meski aksi demonstrasi terus dilakukan di Bangkok. Hal ini menandakan, krisis politik di Negeri Gajah Putih tersebut menemui jalan buntu. "Saya sudah menekankan berulang kali bahwa saya akan tetap melakukan kewajiban saja setelah pembubaran parlemen. Saya ingin menyatakan bahwa saya tidak mempertahankan posisi saya, tapi saya harus menciptakan kestabilan politik. Saya melakukan tugas untuk menciptakan demokrasi," tegas Yingluck.Pada hari ini (15/1), Yingluck mengajak digelarnya pertemuan dengan sejumlah kelompok, termasuk di antaranya lawan politiknya. Pertemuan ini untuk mendiskusikan proposal dari Komisi Pemilu untuk menunda pelaksanaan pemilu pada 2 Februari mendatang. Namun, pimpinan aksi protes Suthep Thaugsuban, Partai Demokrat, dan bahkan Komisi Pemilunya sendiri menolak untuk berpartisipasi. Terkait hal itu, Yingluck mengimbau agar semua pihak mau mendiskusikan masalah reformasi karena Thailand tengah sakit dan banyak rakyat yang menderita.Banyak pihak yang meragukan pelaksanaan pemilu pada bulan depan. Selain itu, banyak lawan politik Yingluck yang menyadari bahwa dia akan memenangkan pemilu lainnya. Itu sebabnya, para demonstran meminta untuk menggantikan seluruh pemerintahan dengan orang-orang yang dianggap bersih dari kolusi dan nepotisme.Seperti yang diketahui, para demonstran sudah menduduki dan bersikeras untuk menutup kota dengan 12 juta penduduk tersebut. Meski aksi demonstrasi terus berlanjut, namun aktifitas kaum metropolis di negara tersebut tidak terpengaruh. Hal ini terlihat dari dibukanya sekolah-sekolah seperti biasa, para komuter tetap bekerja, dan dibukanya pusat bisnis di kota Bangkok. Para demonstran menuntut Yingluck untuk mundur karena menganggap dirinya hanya perpanjangan tangan sang kakak, Thaksin Shinawatra. Sejak penggulingan Thaksin, aksi kekerasan terus terjadi di Thailand. Setidaknya, delapan orang dilaporkan tewas dan ratusan orang lainnya terluka dalam sebuah bentrokan sejak akhir tahun lalu.