PMA Jepang 2017 bakal didominasi listrik



JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun ini memperkirakan tahun investasi Jepang akan didominasi di sektor otomotif dan listrik. Peningkatan pesat diperkirakan berasal dari sektor kelistrikan.

"Kalau sampai kuartal 3 2016, investasi Jepang mencapai US$ 4,5 miliar, angkatnya tiga kali lipat dari China. China di peringkat ketiga, sedangkan Jepang di peringkat peringkat kedua," ujar Kepala BKPM Thomas Lembong usai konferensi pers Japan-Indonesia Business Dialogue di Hotel Fairmont, Minggu (15/1).

Berdasarkan data BKPM, Jepang merupakan negara dengan realisasi investasi terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura. Hingga kuartal III-2016 lalu, investasi Jepang mencapai US$ 4,498 juta atau berkontribusi 21% dari total penanaman modal asing (PMA) 114 negara di Indonesia sebesar US$ 21,461 juta. Sedangkan nilai investasi China hanya menyumbang US$ 1,59 juta atau sekitar 7% dari total PMA.


Nilai investasi Jepang di sektor otomotif mencapai US$ 9,05 juta atau meningkat 45% dibanding 2015. Kemudian disusul dengan investasi di sektor logam, mesin, dan elektronik dengan nilai investasi sebesar US$ 2,9 juta serta sektor kimia dan farmasi dengan nilai investasi US$ 1,58 juta.

Sedangkan investasi Jepang di sektor listrik, gas, dan air menyumbang US$ 779 juta dari total investasi Negara Sakura tersebut di Indonesia. Ini menjadikan sektor kelistrikan menduduki tempat kelima sektor dengan nilai investasi terbesar di Indonesia.

Akan tetapi, Tom Lembong tahun ini memperkirakan urutan kontributor investasi tersebut akan berubah. "Tahun ini investasi Jepang akan lebih tinggi. Namun, lebih besar di sektor listrik. Saat ini investasi Jepang sangat besar di bidang listrik, dari Mitsubishi sampai Marubeni," kata Thomas.

Info saja, perwakilan Mitsubishi yang ikut dalam kunjungan kali ini ialah Chairman of the Board Mitsubishi Corporation Ken Kobayashi, Presiden dan CEO Mitsubishi Heavy Industries, Ltd. Shunichi Miyanaga, dan Chairman of the Board Mitsubishi Hitachi Power Systems, Ltd. (MHPS) Koji Tanaka. Sedangkan perwakilan Marubeni Corporatin yang hadir ialah Presiden dan CEO Marubeni Corporation Fumiya Kokubu.

Potensi peningkatan investasi di sektor kelistrikan terlihat dari agenda pembahasan delegasi Jepang. Tim Ahli Wakil Presiden Jusuf Kalla, Sofjan Wanandi mengatakan pembahasan dalam antara delegasi bisnis yang dibawa Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ialah soal pembangunan infrastruktur kelistrikan.

"Tadi itu yang paling banyak mereka bicarakan yang power plant 35.000 MW itu dengan macam-macam. Seperti Mitsubishi yang menawarkan power plant di atas kapal itu," kata Sofjan usai konferensi pers.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, hingga kini Jepang sudah mengeluarkan investasi US$ 12 miliar untuk proyek pembanungan infrastruktur lisrik 35.000 megawatt (MW). Kata Luhut, hampir setengah dari investasi proyek 35.000 MW yang diserahkan ke swasta berasal dari Jepang.

Adapun swasta kebagian jatah membangun 25.000 MW sedangkan sisanya dikerjakan Perusahaan Listrik Negara (PLN). "Sekarang mereka (Jepang) sudah bangun hampir 8.200 MW. Jadi, hampir 48% dari proyek listrik 35.000 MW yang ditangani swasta dibuat oleh Jepang," kata Luhut.

Jepang juga terlibat dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang di Jawa Tengah. Proyek tersebut ditangani oleh PT Adaro Energy dengan dua perusahaan Jepang, yakni Electric Power Development Co., Ltd (J-POWER) dan Itochu Corporation. Dalam kunjungan kali ini. CEO J-POWER Mayasoshi Kitamura dan Vice Chairman Itochu Corporation Yoichi Kobayashi turut ikut dalam rombongan.

"Seperti yang diketahui banyak orang, PLTU Batang di Jateng sempat mangkrak lebih dari 5 tahun. Sampai Presiden Jokowi turun tangan. Proyek itu dua per tiganya dari investor Jepang, J Power dan Itochu," kata Thomas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto