PMI Manufaktur Indonesia Turun Tipis Menjadi 51,2 pada Februari 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. S&P Global mencatat, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Februari 2023 berada di level 51,2. Angka ini menurun 0,1 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 51,3.

Oleh karena itu, PMI manufaktur Indonesia melanjutkan perbaikan kondisi sektor manufaktur menjadi 18 bulan berturut-turut meskipun laju perbaikannya masih dalam tingkat sedang.

Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan mengatakan, PMI Mnaufaktur Indonesia pada Februari 2023 tersebut menunjukkan bahwa kondisi sektor manufaktur terus membaik pada laju stabil.


Baca Juga: Industri Manufaktur Tumbuh 5,01% pada 2022, Menperin: Ekonomi Sudah Kembali Pulih

Hanya saja, PMI Manufaktur tersebut masih disokong oleh permintaan domestik lantaran permintaan asing masih dalam proses pemulihan. Kondisi permintaan eksternal yang lambat masih membebani penjualan asing.

"Permintaan domestik dilaporkan menguat mendukung pertumbuhan manufaktur output, karena permintaan asing masih dalam proses pemulihan," ujar Jingyi Pan dalam laporannya, Rabu (1/3).

Selain itu, Jingyi bilang, aspek positif lainnya dari kinerja PMI Manufaktur Indonesia pada Februari 2023 ini menunjukkan bahwa gangguan rantai pasok semakin berkurang. Ini tercermin dari waktu pengiriman barang ke suplier yang lebih cepat serta inflasi biaya input yang juga mereda.

"Keduanya menggambarkan tekanan dari sisi pasokan berkurang. Ini juga membantu menjaga inflasi harga jual barang relatif ringan pada bulan Februari, memberikan ruang gerak bagi bank sentral Indonesia untuk bermanuver," katanya.

Baca Juga: Restitusi Pajak Turun 51,68% Per Akhir Januari 2023, Terdorong Penguatan Manufaktur

Secara keseluruhan, Ia melihat, sentimen di sektor manufaktur Indonesia masih bertahan positif pada bulan Februari. Hal ini dikarenakan industri manufaktur terus berharap bahwa kondisi pengoperasian akan membaik dan mendukung kenaikan output pada tahun mendatang. Hanya saja, tingkat optimisme turun ke posisi terendah sejak Mei 2020.

"Penurunan kepercayaan diri bisnis ke posisi terendah dalam kurun waktu tiga tahun sangat mengkhawatirkan. Ini merupakan kunci agar kondisi lebih baik, termasuk permintaan asing, untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri perusahaan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .