KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Purchasing managers index (PMI) sektor manufaktur Indonesia naik menjadi 50,8 di Agustus lalu. Indeks yang dirilis Markit Economics tersebut naik dari posisi di Juli yang masih 46,9. Secara rerata, PMI Indonesia sebesar 48,8 selama kuartal III berjalan (Juli-Agustus). Angka ini sudah lebih baik dibandingkan dengan kuartal II penuh (April-Juni) sebesar 31,7. PMI menunjukkan sektor manufaktur Indonesia sudah kembali ke batas netral PMI. Ada dua faktor pendorong kenaikan PMI Indonesia. Pertama, tingkat produksi dan penjualan manufaktur meningkat akibat pelonggaran pembatasan sosial skala besar. Kedua, mulai terjadi perbaikan dari sisi permintaan atau pembelian produk manufaktur.
Selain itu, Indonesia mengalami deflasi 0,05% pada Agustus 2020. Inflasi tahunan mencapai 1,32%. Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga, yang ditunjukkan turunnya indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau, sebesar 0,86%. Sedang indeks kelompok transportasi sebesar 0,14%. Secara garis besar, deflasi terjadi di Agustus karena masih lemahnya daya konsumsi masyarakat akibat pandemi yang berlangsung dan pembatasan sosial. Sehingga harga-harga secara umum mengalami penurunan. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi, terjadi jika permintaan terus turun, sehingga perusahaan tidak dapat menaikkan harga dan terpaksa menurunkan harga untuk menjaga tingkat penjualan. Deflasi secara umum memiliki dampak negatif, seperti penurunan UMR, menurunnya pendapatan bisnis, serta terjadinya PHK.
Sumber: BPS Dampak ke IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih ditutup menguat 1,38% menjadi 5.310,68 hari ini (1/9). Semua sektor saham rata-rata mencatatkan kenaikan. Hanya sektor properti dan konstruksi yang turun 0,19%. Investor asing mencatat net sell Rp 699,76 miliar di seluruh pasar dengan top sell BBCA, BBRI, TLKM.