PNM beri kupon obligasi 9,8% - 10,75%



JAKARTA. Menjelang tutup tahun, penerbitan obligasi korporasi semakin ramai. Kali ini, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menawarkan kupon 9,8% hingga 10,75% untuk penerbitan obligasi senilai Rp 500 miliar.

Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, obligasi ini ditawarkan dalam tiga seri. Yakni, seri A diterbitkan senilai Rp 67 miliar dengan kupon 9,8% dan tenor satu tahun. Seri ini akan jatuh tempo 29 Desember 2015.

Kemudian, seri B senilai Rp 187 miliar ditawarkan dengan kupon 10,5%. Seri ini bertenor tiga tahun dan akan jatuh tempo 19 Desember 2017. Serta seri C senilai Rp 246 miliar dengan kupon 10,75%. Seri ini bertenor lima tahun dan akan jatuh tempo 19 Desember 2019.


Surat utang ini telah menggenggam pernyataan efektif dari otoritas jasa keuangan (OJK) pada 12 Desember 2014 lalu. Adapun masa penawaran dijadwalkan 15 hingga 16 Desember 2014. Sehingga penjatahan akan dilakukan pada 17 Desember 2014.

Distribusi obligasi secara elektronik dan pencatatan pada bursa efek Indonesia (BEI) rencananya akan dilakukan masing-masing 19 dan 22 Desember 2014. Untuk pembayaran bunga pertama obligasi akan dilakukan pada 19 Maret 2015.

Untuk menggelar hajatan ini, perusahaan telah menunjuk dia penjamin pelaksana emisi. Diantaranya, PT Bahana Securities dan PT Indo Premier Securities.

Surat utang ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan I dengan target dana sebesar Rp 2 triliun. Nah, penerbitan kali ini merupakan tahap I.

Analis Millenium Dananatama Asset Management Desmon Silitonga mengatakan obligasi ini cukup menarik karena memberikan kupon di atas surat utang negara (SUN) dengan tenor yang sama. Menilik data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), yield SUN bertenor satu tahun pada Senin (16/12) diperdagangkan dikisaran 7,1%. Sedangkan SUN bertenor tiga dan lima tahun diperdagangkan masing-masing dikisaran 7,6% dan 8,17%.

"Ditilik dari rating obligasi yang dimiliki PNM saat ini, kupon tersebut sudah cukup wajar," kata Dessmon, Jakarta, Senin (16/12).

Kendati demikian, dia memperkirakan harga obligasi ini di pasar sekunder hanya akan naik tipis. Suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate yang diperkirakan mengalami kenaikan akan berimbas pada tertekannya harga obligasi.

"Pasar obligasi korporasi di pasar sekunder juga kurang likuid, sehingga harga sulit naik," kata Desmon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto