Pola makan di usia muda memengaruhi kesehatan di hari tua



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjaga kesehatan sejak usia muda untuk mencegah penyakit di hari tua bukan sekadar pepatah lama. Faktanya, jika kita mengonsumsi lemak dan gula terlalu banyak saat remaja, hal itu akan memengaruhi kondisi kesehatan kita saat dewasa, kendati kita mulai menerapkan pola makan yang lebih sehat nantinya.

Studi terbaru menunjukkan, pola makan seseorang di masa remaja akan berdampak jangka panjang bagi hidupnya kelak. Studi yang dilakukan para peneliti di University of California Riverside, Amerika memperlihatkan penurunan signifikan dalam jumlah total dan keragaman bakteri usus pada tikus dewasa.

Tikus dewasa yang digunakan dalam studi tersebut, diberi makanan yang tidak menyehatkan saat berusia muda. "Kami mempelajari tikus, tetapi efek yang kami amati setara dengan anak-anak yang menjalani diet tinggi lemak dan gula, dan mikrobioma usus mereka masih terpengaruh hingga enam tahun setelah pubertas," ungkap ahli fisiologi evolusioner di University of California Riverside, Theodore Garland.


Temuan studi tersebut dimuat ke dalam Journal of Experimental Biology. Mikrobioma mengacu pada semua bakteri serta jamur, parasit, dan virus yang hidup di dalam tubuh manusia atau hewan.

Baca Juga: 6 Makanan yang efektif meningkatkan daya tahan tubuh

Sebagian besar mikroorganisme ini ditemukan di usus, dan merupakan bakteri baik yang merangsang sistem kekebalan, memecah makanan, dan membantu mensintesis vitamin kunci. Di dalam tubuh yang sehat, ada keseimbangan antara patogen dan organisme yang baik atau sifatnya menguntungkan.

Namun, jika keseimbangan keduanya terganggu, entah melalui penggunaan antibiotik, penyakit, atau pola makan yang tidak sehat, tubuh bisa mudah terserang penyakit. Pada studi ini, tim Garland mencari dampak pada mikrobioma setelah membagi tikus ke dalam empat kelompok.

Kelompok tikus pertama diberi makanan standar yang sehat, kelompok kedua diberi pola makan yang kurang sehat. Kemudian, kelompok tikus selanjutnya diberi akses untuk berolahraga dengan running wheel, dan kelompok terakhir tidak diberi akses perangkat olahraga tersebut.

Baca Juga: Gula darah tinggi mengancam kesehatan, kenali gejalanya

Editor: Wahyu T.Rahmawati