Poles kinerja, ARGO fokus ke industri hilir



JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi global yang kurang mendukung menjadi salah satu alasan PT Argo Pantes Tbk (ARGO) merugi pada 2016 lalu. Harga komoditas yang rendah menyebabkan harga kapas, bahan baku utama industri tekstil, jadi ikut rendah.

"Akibatnya kami tidak bisa menjual produk kami dengan harga tinggi," kata Sujanto Pranadi, Direktur ARGO di acara paparan publik, Rabu (12/7).

Tahun lalu, perusahaan tekstil milik Argo Manunggal Group ini kembali merugi. Tercatat pada 2016, perusahaan merugi sebesar US$ 25,34 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan kerugian tahun sebelumnya, yaitu US$ 11,02 juta.


Dari segi penjualan, perusahaan sebenarnya telah mencatatkan kenaikan sebesar 7,2% dari US$ 45,4 juta pada 2015 menjadi US$ 48,66 juta pada tahun lalu. Perseroan juga berhasil menekan beban penjualan dari US$ 50,23 juta menjadi US$ 49,92 juta. Namun, karena ada aset yang mengalami penurunan nilai, maka rugi usaha yang harus didera perusahaan menjadi membengkak.

"Rugi usaha kami tahun lalu besar sebab ada penurunan nilai dari aset kami berupa pabrik di Bekasi," ujar Sujanto. Pabrik yang dulunya aktif memproduksi benang tersebut terpaksa ditutup oleh perusahaan pada 2014. Kerugian yang terlalu besar membuat perusahaan harus menutup operasi pabrik tersebut.

Sejak 2014 hingga tahun lalu, perusahaan belum berhasil meraih laba. Untuk itu, perusahaan akan fokus produksi ke industri hilir pada tahun ini dengan terus memperkuat produksi di lini kain celup alias fabric processing dan garmen.

ARGO merupakan anak usaha Manunggal Group, perusahaan holding milik taipan The Ning King. Perusahaan ini memproduksi berbagai produk tekstil, diantaranya benang, kain blacu, kain celup, dan pakaian jadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini