Polisi Mengungkap Isi Laptop Noordin



JAKARTA. Kemarin (29/9), siang, Mabes Polri mengungkap beberapa dokumen dari hasil sitaan saat penyerbuan di Solo yang menewaskan Noordin M. Top. Proses pemboman di Ritz Carlton dan JW Marriott Juli lalu pun terungkap dari dokumen-dokumen tersebut.

Salah satu dokumen yang diungkapkan polisi adalah video rekaman dari laptop Noordin M. Top. Dalam video itu terlihat proses pengintaian, perencanaan, pemilihan pakaian, hingga diskusi soal rencana peledakan bom di dua hotel mewah di Jakarta pertengahan Juli lalu.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Nanan Soekarna mengatakan, rekaman video itu menunjukkan bahwa pemboman pada 17 Juli 2009 silam memang dilakukan secara terencana. Dalam video yang dibuat beberapa hari sebelum peledakan, Dani Dwi Permana melakukan lari pagi di lapangan dekat hotel di Mega Kuningan itu, ditemani oleh Syaifudin Juhri.


Video tersebut juga berisi dialog antara Dani dan Syaifudin Juhri. Dani mengaku akan melakukan peledakan bom. Tapi, ia merasa tidak sedang dalam putus asa dan bukan bermaksud mau bunuh diri. "Bunuh diri itu orang putus asa dan saya tidak putus asa," jawab Dani ketika ditanya Syaifudin soal alasannya menjadi pembawa bom.

Dalam dialog tersebut juga terungkap, alasan para pelaku teror melakukan aksinya. Mereka melihat, persoalan yang terjadi di Indonesia merupakan akibat dari kebijakan beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Australia. "Amerika hancur, Australia hancur, suara latar itu adalah kata-kata dari Syaifudin," ujar Nanan.

Menurut Nanan, selama ini polisi menggunakan dua mekanisme pengintaian dan pencarian data terkait aksi terorisme. Yakni, "Human intelligence sebagai operator dan techno intelligence," ujarnya di Mabes Polri, Selasa (29/9).

Kepala Unit Cyber Crime Bareskrim Mabes Polri Kombes Pol Petrus Golose mengatakan, hasil video rekaman itu bukan merupakan rekayasa. Rekaman itu diambil oleh Syaifudin Juhri yang mengajak Dani menjadi pelaku peledakan. "Mereka sendiri yang menyatakan tidak pernah ada pengandaian (dari rencana itu)," katanya, Selasa (29/9).

Polisi juga menunjukkan beberapa surat yang ditulis Syaifudin. Surat itu menggambarkan adanya organisasi yang lengkap dan terorganisir. "Ada tukang rekrut, ada yang cari dana. Pemimpinnya rapi, ada bendahara, ada yang ngurusin dana, ada yang tugasnya cari orang provokator, ada yang jaga keluarga mujahidin, ada yang bikin film, ada cari mobil dan bahan peledak," ujar Petrus menirukan surat Syaifudin.

Petrus menegaskan, polisi hanya mediator antara media dan sejumlah fakta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan