JAKARTA. Kepolisian meminta media terutama televisi untuk memenuhi standar program siaran dalam penayangan berita terkait terorisme. Soalnya tayangan televisi sudah terlalu vulgar apalagi terkait pemberitaan soal penanganan terorisme yang dilakukan kepolisian. Dalam pertemuan kepolisian dengan beberapa media di Mabes Polri, polisi juga meminta tayangan media tidak mengganggu upaya kepolisian mengungkap pelaku-pelaku terorisme. "Polisi dan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) mengingatkan media tentang standar penayangan sesuai Undang-Undang," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Indonesia, Inspektur Jenderal Polisi Nanan Soekarna, Selasa sore (11/8). Dalam kesempatan yang sama, Ketua KPI Sasa Djuarsa mengatakan pola pemberitaan terkait terorisme yang dilakukan selama ini dipandang merugikan polisi. "Tidak menguntungkan polisi dalam upaya memerangi dan menangkap pelaku terorisme," ujar Sasa. Belum lagi banyaknya penggunaan sumber anonim dalam pemberitaan terorisme sehingga memunculkan dugaan dan asumsi yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya. "Ini justru akan membingungkan masyarakat," tambah Sasa.
Polisi Minta Media Tidak Vulgar dalam Siarkan Terorisme
JAKARTA. Kepolisian meminta media terutama televisi untuk memenuhi standar program siaran dalam penayangan berita terkait terorisme. Soalnya tayangan televisi sudah terlalu vulgar apalagi terkait pemberitaan soal penanganan terorisme yang dilakukan kepolisian. Dalam pertemuan kepolisian dengan beberapa media di Mabes Polri, polisi juga meminta tayangan media tidak mengganggu upaya kepolisian mengungkap pelaku-pelaku terorisme. "Polisi dan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) mengingatkan media tentang standar penayangan sesuai Undang-Undang," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Indonesia, Inspektur Jenderal Polisi Nanan Soekarna, Selasa sore (11/8). Dalam kesempatan yang sama, Ketua KPI Sasa Djuarsa mengatakan pola pemberitaan terkait terorisme yang dilakukan selama ini dipandang merugikan polisi. "Tidak menguntungkan polisi dalam upaya memerangi dan menangkap pelaku terorisme," ujar Sasa. Belum lagi banyaknya penggunaan sumber anonim dalam pemberitaan terorisme sehingga memunculkan dugaan dan asumsi yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya. "Ini justru akan membingungkan masyarakat," tambah Sasa.