Politisi Berhaluan Marxis Menangi Pilpres Sri Lanka, Janji Pulihkan Ekonomi



KONTAN.CO.ID - Anura Kumara Dissanayake, seorang politisi berhaluan Marxis berhasil memenangkan pemilu presiden Sri Lanka. Dirinya berjanji akan membebaskan negara itu dari kesengsaraan ekonomi.

Kemenangan Dissanayake rasanya sudah bisa dipastikan pada hari Minggu (22/9), setelah penghitungan suara menunjukkan dirinya meraih 5,6 juta suara atau 42,3% dari total pemilih.

Dalam pemilu presiden tahun 2019, Dissanayake hanya berhasil memperoleh 3% suara. Kemenangan besar ini jelas jadi prestasi luar biasa.


Dirinya juga mengalahkan Presiden petahana Ranil Wickremesinghe dan pemimpin oposisi Sajith Premadasa.

Dissanayake mencalonkan diri sebagai kandidat dari aliansi Kekuatan Rakyat Nasional, yang mencakup partai Janatha Vimukthi Peremuna yang berhaluan Marxis.

Baca Juga: Cari Tahu 10 Negara Terkaya di Asia Tahun 2024

Janji Pulihkan Ekonomi

Tak lama setelah hasil penghitungan suara keluar, Dissanayake langsung menyapa pendukungnya dan menyampaikan tekadnya untuk memperbaiki perekonomian Sri Lanka.

"Kami percaya bahwa kami dapat memperbaiki keadaan negara ini, kami dapat membangun pemerintahan yang stabil dan bergerak maju. Bagi saya ini bukan sebuah posisi, ini adalah sebuah tanggung jawab," katanya, dikutip Reuters.

Pemilu presiden Sri Lanka kali ini merupakan hasil referendum terhadap Wickremesinghe, presiden yang dianggap bertanggung jawab terhadap keterpurukan ekonomi Sri Lanka saat ini.

Dissanayake berjanji untuk membubarkan parlemen dalam waktu 45 hari setelah menjabat untuk mendapatkan mandat baru bagi kebijakannya dalam pemilihan umum.

Baca Juga: Ini 10 Faktor Penyebab Sudan Selatan Jadi Negara Termiskin di Dunia

Sri Lanka mendapatkan dana talangan dari Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar US$2,9 miliar. Dana tersebut digunakan dengan sangat hemat oleh negara sehingga mengguncang banyak sektor ekonomi.

Berkat dukungan itu, perekonomian Sri Lanka berhasil mengalami pemulihan sementara, bahkan diperkirakan akan tumbuh untuk pertama kalinya tahun ini.

Inflasi pun mulai melambat menjadi 0,5% dari puncak krisis sebesar 70%. 

Dissanayake akan memastikan Sri Lanka tetap mengikuti program IMF hingga tahun 2027 agar perekonomiannya berada pada jalur pertumbuhan yang stabil.

Meyakinkan pasar, membayar utang, menarik investor, dan membantu seperempat penduduknya keluar dari kemiskinan adalah program utamanya.