Politisi Golkar: Kenaikan harga beras janggal



JAKARTA. Politikus Golkar, Sarmuji menilai ada kejanggalan kenaikan beras saat ini. Menurutnya, ada kekuatan besar yang mengubah ‘hukum besi’ harga.

Sesuai hukum besi harga, jika suplai besar dan ada harapan suplai lebih besar lagi, harga akan cenderung turun. Tetapi ini sebaliknya, harga naik sangat tinggi di saat stok cukup dan sebentar lagi ada tambahan suplai karena panen raya.

“Siapa yang bisa mengubah hukum besi harga? Pasti mereka yang memiliki kekuatan besar. Pelakunya pasti tidak banyak karena tidak mungkin banyak orang bisa bersepakat untuk bisa memainkan harga,” kata ia di Gedung DPR RI, Kamis (26/02).


Ia mengatakan, ada beberapa motif bagi pelaku untuk memainkan harga beras. Pertama, untuk membuka keran impor dengan cara memberi imajinasi bahwa stok beras tidak cukup. Kedua, untuk melepas stok di gudang dengan harga yang relatif tinggi.

Begitu pemerintah ikut melepas beras dengan harga rendah dengan waktu yang sangat dekat dengan atau bersamaan dengan panen raya, harga akan terjun bebas dan pemain pasar akan membeli dengan harga yang rendah.

“Jadi, para pemain untung dua kali, melepas stok dengan harga tinggi, dan membeli beras fresh dengan harga rendah,” tegas anggota Komisi VI DPR ini.

Sebagai solusi jangka pendek, kata Sarmuji, raskin untuk bulan Februari harus dipercepat. Saat ini, raskin untuk bulan Januari baru dibagi pertengahan Februari.  

“Operasi pasar harus dipercepat secara simultan sehingga awal Maret harga sudah stabil dan tidak perlu operasi pasar lagi karena jika pertengahan Maret masih operasi pasar, dikhawatirkan akan mengganggu harga di tingkat petani karena harga bisa turun secara drastis,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia