Polling Moody's: risiko Asia dari suku bunga AS



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Moody's Investors Service hari ini (6/12) mengeluarkan hasil jajak pendapat dari 60 pelaku pasar di Asia. Hampir setengah atau sekitar 44% responden mengindikasikan bahwa suku bunga yang lebih tinggi di Amerika Serikat (AS) yang akan diikuti oleh pengetatan kebijakan moneter negara-negara lain, akan menjadi sentimen risiko terbesar bagi negara-negara di Asia Pasifik pada 2018. 

Moody's melihat bahwa pengetatan kebijakan moneter global akan berlanjut secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan di tengah kondisi ekonomi di negara-negara maju mulai bertumbuh. Namun, karena kebijakan moneter akan diperketat secara bertahap, Mood's melihat tidak akan ada efek buruk yang mendadak pada transaksi keuangan di negara Asia Pasifik. 

Hasil jejak pendapat ini dijelaskan dalam laporan terbaru Moody's yang bertajuk "Structured finance- Asia Pacific : Heard from the martket - Higher global interest rates a key issue". 


Dalam jejak pendapat yang sama, 17% responden mengindikasikan peningkatan utang dalam negeri China akan jadi risiko utama di 2018. Sementara 17% lainnya memilih risiko utama akan datang dari konflik di Korea. 

Namun Moody's melihat kondisi ekonomi yang stabil akan mendukung kinerja transaksi keuangan yang terstruktur di China pada 2018. Peningkatan utang dalam negeri China akan menimbulkan risiko efek beragun aset otomotif dan efek beragun aset porperti di China, jika terjadi kenaikan suku bunga dan penurunan lapangan kerja secara simultan. 

Moody's juga melihat bahwa pasar finansial di China akan bertumbuh dalam beberapa tahun ke depan didukung makin terbukanya China dengan asing. Melihat hal-hal tersebut, pelaku pasar mengharapkan pertumbuhan pasar keuangan di Asia Pasifik akan terus berlanjut.

Dua sektor yang tampaknya akan terkena dampak positifnya adalah pembiayaan infrastruktur dan juga pembiayaan konsumer, meskipun kedua sektor tersebut menghadapi sejumlah tantangan yang cukup serius pula. 

Editor: Rizki Caturini