Polusi Udara Bangkok Terburuk ke-8 di Dunia, Pegawai Diminta Kerja dari Rumah



KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Pihak berwenang Thailand memperingatkan bahwa tingkat polusi di Bangkok dan provinsi sekitarnya telah mencapai tingkat tidak sehat pada hari Kamis (15/2).

Para pegawai pemerintah pun diminta untuk bekerja dari rumah selama dua hari ke depan dan menyarankan orang lain untuk melakukan hal serupa.

Polusi udara disebabkan oleh kombinasi pembakaran tanaman, polusi industri dan lalu lintas yang padat, dan kabut asap menutupi cakrawala kota Bangkok.


Baca Juga: Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Dapat Pembebasan Bersyarat

Perdana Menteri Srettha Thavisin mengatakan, pembakaran tanaman adalah penyebab utama lonjakan tersebut.

Namun sekitar seperempat polusi berasal dari kendaraan, “dapat kita kendalikan”.

Srettha mengatakan, pemerintah harus mempertimbangkan untuk membatasi kendaraan berbahan bakar fosil di ibu kota untuk membatasi polusi dalam jangka panjang.

Seraya menambahkan bahwa kebijakan kendaraan listrik di negara tersebut juga merupakan kuncinya.

Baca Juga: Lisa Blackpink akan Tampil di Serial Televisi Populer AS "The White Lotus"

Situs web pelacakan kualitas udara Swiss, IQAir mengatakan, tingkat partikel halus yang dapat dihirup di kota tersebut 15 kali lebih tinggi dari tingkat yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Alhasil Bangkok menjadikan kota paling tercemar ke-8 di dunia pada hari Kamis.

“Makin parah karena terlalu banyak kabut asap,” kata tukang ojek Kornpong Poprakun, 57 tahun.

“Mata saya gatal karena banyak debu, dan sesak napas.”

Dalam upaya untuk mengurangi polusi lalu lintas, Gubernur Bangkok Chadchart Sittipunt mengatakan kepada staf di lembaga Administrasi Metropolitan untuk bekerja dari rumah dan mengatakan karyawan lain juga harus melakukan hal yang sama.

Baca Juga: Atasi Utang Rumahtangga, Pemerintah Thailand Bikin Perusahaan Manajemen Aset

Dia mengatakan, beberapa wilayah di kota tersebut memiliki tingkat polusi yang tinggi dan pihak berwenang siap menangani situasi tersebut.

Pemerintah telah menawarkan subsidi kepada petani untuk mencegah pembakaran dan paket kendaraan listrik yang lebih murah.

Sementara anggota parlemen Thailand sedang mempertimbangkan tindakan udara bersih untuk transportasi, bisnis dan pertanian guna mengurangi polusi dalam skala yang lebih luas.

Editor: Yudho Winarto