JAKARTA. PT Asia Pacific Fiber Tbk (POLY) berharap di semester II ini bisnis bisa lebih kinclong sebagai dampak dari pembatasan impor yang dilakukan pemerintah. Berdasarkan laporan keuangan semester I 2017, produsen bahan baku tekstil ini mengalami penurunan tipis di penjualan domestik, dari US$ 154,4 juta menjadi USD 154,3 juta secara
year on year (yoy). "Seharusnya, jika pembatasan tersebut berjalan efektif maka kita akan merasakan perbaikan di pasar dalam negeri," sebut Prama Yudha Amdan, Executive Assistant President Director PT Asia Pacific Fibers Tbk kepada KONTAN, Minggu (30/7).
Tidak hanya pasar domestik, POLY juga menyasar ekspor yang potensial mengerek penjualan ke depan. Walau porsi ekspor masih kecil namun segmen ini tumbuh pesat 14% menjadi US$ 31 juta di semester I 2017 yoy. "Target kami tahun ini total pendapatan tumbuh 10%. Porsi ekspor akan lebih diperlebar menjadi 30%-35%, sementara suplai domestik menjadi sekitar 70% dari sebelumnya 80%," ujarnya. Demi mengerek bisnis, POLY berencana kerja sama dengan sejumlah lembaga riset untuk mengembangkan produk tekstil fungsional dan
specialty untuk tujuan ekspor. "Kami berharap dengan adanya kerja sama penelitian strategis ini POLY bisa meningkatkan ekspor dan membuka pasar produk tekstil special ke dalam negeri," kata Prama. Beberapa produk inovasi tersebut antara lain, serat fiber tahan api dan beberapa serat dengan warna yang variatif. Selain itu memasuki kuartal ketiga ini POLY juga sedang berusaha merestrukturisasi utang kepada Kementeria Keuangan sejak 2015 lalu. Jika skema ini disetujui, maka posisi gagal bayar (
default) akan dihapus dan POLY bisa kembali mendapatkan pinjaman. Produksi PTA
POLY sejatinya masih menaruh minat untuk kembali memproduksi
pirified terephtalate acid (PTA) yang terhenti di 2015 berhenti lantaran beban operasional (harga gas) semakin tinggi. POLY masih mempioritaskan proses restrukturisasi utang agar realisasi investasi baru juga makin cepat terlaksana. Sebenarnya,
plant PTA bisa dilaksanakan sebelum restrukturisasi utang kelar bilamana sudah menemukan
deal dengan mitra bisnis. Namun hingga kini POLY belum bisa memastikan rekan bisnis yang bisa diajak kerja sama lantaran ruang gerak permodalan POLY terbatas. Sekedar informasi, POLY memiliki kapasitas produksi PTA 340.000 ton per tahun. Namun sejak berhenti November 2015 lalu, perusahaan ini memutuskan
revamping dan alih fungsi lini produksi yang ditargetkan rampung 2,5 tahun. Dana yang dibutuhkan untuk
revamping ini tercatat senilai US$ 50 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini