JAKARTA. Lolos dari ancaman rugi tahun lalu, PT Polychem Indonesia Tbk berusaha meraup keuntungan yang lebih di tahun ini. Oleh karena itu, emiten berkode ADMG ini bakal memaksimalkan produksi pabrik petrokimia. Berdasarkan laporan keuangan pada kuartal pertama 2017, perseroan mencatat laba bersih sebesar US$ 3,6 juta. Periode yang sama tahun sebelumnya, emiten ini mencatatkan rugi hampir US$ 20,5 juta akibat kenaikan harga bahan baku etilena yang mengerek ongkos produksi. Untunglah, sejak akhir tahun 2016, harga etilena beranjak turun. "Harga barang produksi kami (poliester dan bahan kimia lainnya) naik sehingga kami bisa mencatatkan untung," kata Chandra Tjong, Sekretaris Perusahaan PT Polychem Indonesia Tbk kepada KONTAN, di sela-sela paparan publik, Rabu (14/6).
Chandra memaparkan, sepanjang tahun lalu harga etilena mencapai puncak di level US$ 1.100 per metrik ton (MT). Mulai akhir tahun 2016 sampai kuartal pertama, harga etilena turun menjadi sekitar US$ 1.000 per mt. Sedangkan harga jual poliester dan bahan kimia lain yang diproduksi Polychem justru sempat turun di tahun lalu, ke level US$ 650-US$ 675 per mt. Kini, harga produk tersebut kembali naik ke kisaran US$ 800-US$ 900 per mt. Alhasil, pada triwulan pertama, Polychem membukukan pendapatan bersih senilai US$ 102 juta atau naik sebesar 37% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun lalu. Penjualan terbesar perusahaan ini berasal dari produk petrokimia yang lebih dari 60% terhadap total pendapatannya yang senilai US$ 63,5 juta. Penjualan produk petrokimia ini naik 70% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang senilai US$ 37,2 juta. Oleh karena itu, menurut Chandra, perusahaan ini menargetkan volume produksi poliester dan petrokimia bisa mencapai sekitar 266.000 ton sampai dengan akhir tahun 2017. Ada pun target nilai penjualannya sekitar US$ 195 juta-US$ 200 juta. Namun Chandra enggan menargetkan berapa pertumbuhan pendapatan bersih secara keseluruhan pada tahun ini. Alasannya, harga produk petrokimia dan bahan bakunya cenderung fluktuatif. Meski demikian, kata Chandra, tahun ini Polychem memiliki tiga rencana demi meningkatkan produksi.
Pertama, perusahaan ini akan mengganti katalis pabrik kimia Plant 2.
Kedua, memasang sistem pendingin yang berasal dari panas hasil dari buangan sistem lain (
absorption Chillers) di pabriknya yang ada di Karawang.
Ketiga, pemindahan mesin
fiber line (PSF) dari pabrik di Tangerang ke pabrik di Karawang. "Untuk aktivitas itu memakan biaya dari
capital expenditure kami senilai US$ 15 juta tahun ini," kata Tarunkumar N Pal, Direktur PT Polychem Indonesia Tbk.
Tarunkumar menerangkan, penggantian katalis diharapkan menghemat penggunaan etilena sebesar US$ 5,3 juta per tahun. "Sedangkan
absorption chillers di pabrik Karawang dipasang guna menurunkan biaya listrik," imbuhnya. ADMG ingin melakukan efisiensi seketat mungkin guna mengoptimal perolehan keuntungan bisnis. Sampai kuartal I-2017, Polychem telah menjual 62.000 ton produk petrokimia, 25.000 ton poliester dan 3.000 ton benang nilon. Sekitar 81% pasarnya untuk memenuhi pasar domestik, dan selebihnya dilempar ke pasar ekspor. Sedangkan kapasitas produksi
ethylene glycol, EO derivatives, PSF dan DTY ialah 360.800 ton per tahun. Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi 60.000 ton poliester dan sekitar 80.000 ton per tahun nilon. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini