Bisnis pembiakan anjing ras tetap potensial, meski menyimpan banyak risiko. Anda mesti memiliki pamor bila ingin selamat pada bisnis ini. Sekali popularitas Anda sebagai breeder terbentuk, permintaan anakan anjing akan datang sendiri.Anjing sudah lama dikenal sebagai binatang cerdas yang bisa menjadi sahabat setia manusia. Salah satu dari sekian kisah kesetiaan anjing menginspirasi pembuatan film adalah Hatchiko. Anjing jenis Akita Inu ini selalu setia menanti Profesor Hidesaburo Ueno di Stasiun Shibuya. Bahkan, ketika pemiliknya itu telah lama meninggal dunia, Hatchiko tetap menanti sampai ajal pun menjemputnya.Kesetiaan dan kecerdasan anjing telah memikat banyak orang memelihara mereka. Bukan sekadar untuk tujuan fungsional, seperti menjaga rumah atau ternak, tapi sebagai binatang kesayangan. Saking sayangnya, pemilik anjing tak segan mengeluarkan uang ratusan ribu bahkan jutaan rupiah demi memanjakan si anjing.Hobi memelihara anjing tersebut tentu saja melahirkan banyak peluang bisnis. Mulai dari salon anjing, penjualan makanan, penjualan aksesori, hingga penitipan anjing. Dan, tentu saja, yang tak ada matinya adalah bisnis pembiakan anjing. Mesti cinta anjingSudah pasti ada trik yang perlu Anda pelajari jika ingin sukses menggeluti bisnis pembiakan anjing. Salah satunya, membiakkan anjing ras unggulan. Saat ini anjing ras yang berharga cukup mahal antara lain jenis chow-chow, pitt bull, dan cihua-hua. Sebaiknya pula, Anda berfokus pada satu ras unggulan tersebut. Sebab, perlakuan tiap ras bisa berbeda-beda. Pasarnya pun berbeda.Perusahaan pembiakan anjing (kennel) Joe Hauze Kennel yang beroperasi sejak 1988 di Jakarta, misalnya, fokus pada pengembangan ras chow-chow. Adapun Triple Two Kennel yang beroperasi sejak 2004 terkenal dengan pembiakan anjing ras beagle. Tornado Kennel yang berbisnis mulai 2003 lebih suka membiakkan pitt bull.Lantaran fokus, anjing-anjing dari kennel-kennel tersebut memiliki prestasi segudang. Joe Houze Kennel melahirkan anjing-anjing kondang bernama United's X Spectation von AJ dan United's Let's Celebration von AJ. Kemudian, lulusan Triple Two Kennel yang cukup dikenal adalah Triple Two's Sherlock Elmer dan Triple Two's Stardust Charllote. Tornado Kennel mempunyai gacoan bernama Misty Kona Gold, dan Big Perro.Nama atau popularitas adalah faktor penting bagi bisnis pembiak anjing ras. Jika seorang breeder bisa menghasilkan anakan anjing yang berprestasi, namanya akan dikenal. “Kalau sudah tenar, permintaan anakan dari kennel kita pasti akan datang sendiri,” ujar Akwet, pemilik Joe Houze Kennel.Tak mudah untuk menjadi breeder tenar. Anda harus benar-benar memiliki kecintaan terhadap anjing. Dengan demikian, Anda akan lebih mengutamakan kualitas ketimbang profit. “Breeder yang mengejar kualitas tak akan pernah menghitung berapa ongkos yang dikeluarkan untuk anjing mereka,” ujar Hendro Utomo, pemilik Tornado Kennel.Tedy, pemilik Triple Two Kennel, bercerita, tiap breeder berkualitas pasti akan mengejar indukan yang sesuai dengan idealisme mereka. Pasalnya, indukan berkualitas kemungkinan besar akan menghasilkan anakan yang berkualitas pula. “Karena tujuan kami itu untuk menciptakan kualitas kontes,” ujar Akwet. Menciptakan anjing berkualitas kontes tentu bukan perkara gampang. Tedy mencontohkan, beagle sekali beranak rata-rata melahirkan lima ekor, tapi kualitasnya belum tentu sama. “Bisa saja cuma dua yang berkualitas show,” ujarnya.Karena itu, kennel-kennel terkenal pun tetap menjual anakan yang di bawah standar kontes. Tentu, harganya lebih miring ketimbang anjing kualitas kontes, meski tetap saja tidak bisa dibilang murah. Sebab, secara garis keturunan, anakan yang dijual ini merupakan keturunan dari indukan yang berkualitas. “Karena indukannya kan kami dapatkan dari kennel asing yang juga berkualitas,” tandas Akwet.Kebanyakan indukan anjing ras berkualitas yang berada di pasar Indonesia berasal dari Thailand. Perkembangan bisnis breeder di Negeri Gajah Putih sangat pesat, sehingga banyak breeder top Indonesia mengambil indukan dari negara ini.Kecintaan terhadap anjing penting bagi seorang breeder, karena dia harus mengenal karakter anjing yang akan dikembangkan. Masing-masing ras anjing punya karakter yang berbeda. Masa berbiak pun berbeda. Misalkan, pit bull sekali beranak bisa menghasilkan antara sembilan hingga 10 ekor, sedang chow-chow dan beagle paling banyak lima ekor. “Dari segi keuntungan tentu berbeda karena jumlah anakan yang bisa dijual berbeda,” tutur Hendro.Namun, bukan berarti pemilik kennel pit bull otomatis mengantongi keuntungan lebih besar ketimbang kennel chow-chow. Selain faktor harga, pit bull adalah jenis anjing yang rakus. “Sepuluh anakan pit bull bisa menghabiskan biaya pakan sekitar Rp 1,2 juta per bulan,” papar Hendro.Biaya operasional lain yang mesti ditanggung oleh para breeder adalah biaya kandang induk dan anakan sekitar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Kemudian, biaya vaksin pertama dan kedua, sekali vaksin memakan ongkos Rp 100.000–Rp 150.000. “Dari usia satu bulan itu sudah vaksin pertama, lalu vaksin kedua pada usia dua bulan,” ungkap Akwet. Bukan bisnis instanDalam berbisnis anakan anjing, breeder juga harus sabar. Pasalnya, hasilnya tidak akan segera dinikmati. Biasanya, perlu waktu pemeliharaan sekitar setahun sebelum indukan menghasilkan anakan. Penghasilannya pun tidak bisa dihitung secara bulanan, tapi pada saat kelahiran anak anjing.Tornado Kennel, misalnya, dalam setahun dapat menjual sekitar 9 hingga 10 anakan pit bull. Dalam waktu dua bulan, seluruh anakan sudah habis terjual. Dalam setahun, Tornado Kennel dapat meraup omzet Rp 20 juta–Rp 30 juta. “Karena harganya bervariasi tergantung dari kualitas anakan yang lahir, antara Rp 2 juta sampai Rp 3 juta,” ungkap Hendro. Sebelum menikmati keuntungan dari penjualan anak anjing, para breeder harus mengeluarkan ongkos perawatan indukan dan anak-anak anjing yang belum terjual. “Breeder biasanya melepas anjingnya pada usia dua bulan sampai tiga bulan,” jelas Hendro.Bisnis ini juga penuh risiko. Anakan anjing cukup rentan terhadap penyakit parvo, rabies, atau distemper. “Dulu kennel saya pernah kena virus, dari 12 anakan, sisa tiga yang hidup,” kenang Tedy. Jadi, breeder juga kudu siap keluar biaya ekstra, seperti vitamin dan dokter.Selain itu, breeder juga harus mendaftarkan kennel kepada asosiasi. Indonesia memiliki dua asosiasi kennel: Perkumpulan Kinologi Indonesia atawa Perkin dan Asosiasi Kennel Seluruh Indonesia (AKSI). Anda tinggal mengisi formulir pendaftaran di salah satu asosiasi tersebut dan menyiapkan sejumlah dana untuk iuran. “Kalau AKSI sekitar Rp 200.000 per bulan,” terang Hendro. Tiap breeder harus melaporkan dan membayar biaya sekitar Rp 10.000 setiap kali mereka ingin melakukan pemacakan. Kemudian, mereka harus membayar biaya tato dan stambum atas tiap anakan yang lahir. “Biayanya Rp 60.000 per ekor,” ucap Tedy. Tantangan lain, pemain baru biasanya sulit pasang harga tinggi karena harus bersaing dengan kennel yang lebih dulu eksis. Meski begitu, bisnis breeder tetap prospektif. Permintaan anjing ras tak pernah hilang, meski sensitif terhadap laju perekonomian yang menentukan daya beli konsumen. “Tapi tak usah khawatir kalau kita sudah mencetak anakan yang berkualitas, pasti pembeli akan mencarinya,” ujar Hendro. Ketiga pemilik kennel ini bilang, pemain baru bisa mencapai titik impas di tahun kedua. “Tahun pertama sudah menutup ongkos kita cari indukan,” papar Tedy. Guk... guk! Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Popularitas breeder jadi penentu banderol harga
Bisnis pembiakan anjing ras tetap potensial, meski menyimpan banyak risiko. Anda mesti memiliki pamor bila ingin selamat pada bisnis ini. Sekali popularitas Anda sebagai breeder terbentuk, permintaan anakan anjing akan datang sendiri.Anjing sudah lama dikenal sebagai binatang cerdas yang bisa menjadi sahabat setia manusia. Salah satu dari sekian kisah kesetiaan anjing menginspirasi pembuatan film adalah Hatchiko. Anjing jenis Akita Inu ini selalu setia menanti Profesor Hidesaburo Ueno di Stasiun Shibuya. Bahkan, ketika pemiliknya itu telah lama meninggal dunia, Hatchiko tetap menanti sampai ajal pun menjemputnya.Kesetiaan dan kecerdasan anjing telah memikat banyak orang memelihara mereka. Bukan sekadar untuk tujuan fungsional, seperti menjaga rumah atau ternak, tapi sebagai binatang kesayangan. Saking sayangnya, pemilik anjing tak segan mengeluarkan uang ratusan ribu bahkan jutaan rupiah demi memanjakan si anjing.Hobi memelihara anjing tersebut tentu saja melahirkan banyak peluang bisnis. Mulai dari salon anjing, penjualan makanan, penjualan aksesori, hingga penitipan anjing. Dan, tentu saja, yang tak ada matinya adalah bisnis pembiakan anjing. Mesti cinta anjingSudah pasti ada trik yang perlu Anda pelajari jika ingin sukses menggeluti bisnis pembiakan anjing. Salah satunya, membiakkan anjing ras unggulan. Saat ini anjing ras yang berharga cukup mahal antara lain jenis chow-chow, pitt bull, dan cihua-hua. Sebaiknya pula, Anda berfokus pada satu ras unggulan tersebut. Sebab, perlakuan tiap ras bisa berbeda-beda. Pasarnya pun berbeda.Perusahaan pembiakan anjing (kennel) Joe Hauze Kennel yang beroperasi sejak 1988 di Jakarta, misalnya, fokus pada pengembangan ras chow-chow. Adapun Triple Two Kennel yang beroperasi sejak 2004 terkenal dengan pembiakan anjing ras beagle. Tornado Kennel yang berbisnis mulai 2003 lebih suka membiakkan pitt bull.Lantaran fokus, anjing-anjing dari kennel-kennel tersebut memiliki prestasi segudang. Joe Houze Kennel melahirkan anjing-anjing kondang bernama United's X Spectation von AJ dan United's Let's Celebration von AJ. Kemudian, lulusan Triple Two Kennel yang cukup dikenal adalah Triple Two's Sherlock Elmer dan Triple Two's Stardust Charllote. Tornado Kennel mempunyai gacoan bernama Misty Kona Gold, dan Big Perro.Nama atau popularitas adalah faktor penting bagi bisnis pembiak anjing ras. Jika seorang breeder bisa menghasilkan anakan anjing yang berprestasi, namanya akan dikenal. “Kalau sudah tenar, permintaan anakan dari kennel kita pasti akan datang sendiri,” ujar Akwet, pemilik Joe Houze Kennel.Tak mudah untuk menjadi breeder tenar. Anda harus benar-benar memiliki kecintaan terhadap anjing. Dengan demikian, Anda akan lebih mengutamakan kualitas ketimbang profit. “Breeder yang mengejar kualitas tak akan pernah menghitung berapa ongkos yang dikeluarkan untuk anjing mereka,” ujar Hendro Utomo, pemilik Tornado Kennel.Tedy, pemilik Triple Two Kennel, bercerita, tiap breeder berkualitas pasti akan mengejar indukan yang sesuai dengan idealisme mereka. Pasalnya, indukan berkualitas kemungkinan besar akan menghasilkan anakan yang berkualitas pula. “Karena tujuan kami itu untuk menciptakan kualitas kontes,” ujar Akwet. Menciptakan anjing berkualitas kontes tentu bukan perkara gampang. Tedy mencontohkan, beagle sekali beranak rata-rata melahirkan lima ekor, tapi kualitasnya belum tentu sama. “Bisa saja cuma dua yang berkualitas show,” ujarnya.Karena itu, kennel-kennel terkenal pun tetap menjual anakan yang di bawah standar kontes. Tentu, harganya lebih miring ketimbang anjing kualitas kontes, meski tetap saja tidak bisa dibilang murah. Sebab, secara garis keturunan, anakan yang dijual ini merupakan keturunan dari indukan yang berkualitas. “Karena indukannya kan kami dapatkan dari kennel asing yang juga berkualitas,” tandas Akwet.Kebanyakan indukan anjing ras berkualitas yang berada di pasar Indonesia berasal dari Thailand. Perkembangan bisnis breeder di Negeri Gajah Putih sangat pesat, sehingga banyak breeder top Indonesia mengambil indukan dari negara ini.Kecintaan terhadap anjing penting bagi seorang breeder, karena dia harus mengenal karakter anjing yang akan dikembangkan. Masing-masing ras anjing punya karakter yang berbeda. Masa berbiak pun berbeda. Misalkan, pit bull sekali beranak bisa menghasilkan antara sembilan hingga 10 ekor, sedang chow-chow dan beagle paling banyak lima ekor. “Dari segi keuntungan tentu berbeda karena jumlah anakan yang bisa dijual berbeda,” tutur Hendro.Namun, bukan berarti pemilik kennel pit bull otomatis mengantongi keuntungan lebih besar ketimbang kennel chow-chow. Selain faktor harga, pit bull adalah jenis anjing yang rakus. “Sepuluh anakan pit bull bisa menghabiskan biaya pakan sekitar Rp 1,2 juta per bulan,” papar Hendro.Biaya operasional lain yang mesti ditanggung oleh para breeder adalah biaya kandang induk dan anakan sekitar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Kemudian, biaya vaksin pertama dan kedua, sekali vaksin memakan ongkos Rp 100.000–Rp 150.000. “Dari usia satu bulan itu sudah vaksin pertama, lalu vaksin kedua pada usia dua bulan,” ungkap Akwet. Bukan bisnis instanDalam berbisnis anakan anjing, breeder juga harus sabar. Pasalnya, hasilnya tidak akan segera dinikmati. Biasanya, perlu waktu pemeliharaan sekitar setahun sebelum indukan menghasilkan anakan. Penghasilannya pun tidak bisa dihitung secara bulanan, tapi pada saat kelahiran anak anjing.Tornado Kennel, misalnya, dalam setahun dapat menjual sekitar 9 hingga 10 anakan pit bull. Dalam waktu dua bulan, seluruh anakan sudah habis terjual. Dalam setahun, Tornado Kennel dapat meraup omzet Rp 20 juta–Rp 30 juta. “Karena harganya bervariasi tergantung dari kualitas anakan yang lahir, antara Rp 2 juta sampai Rp 3 juta,” ungkap Hendro. Sebelum menikmati keuntungan dari penjualan anak anjing, para breeder harus mengeluarkan ongkos perawatan indukan dan anak-anak anjing yang belum terjual. “Breeder biasanya melepas anjingnya pada usia dua bulan sampai tiga bulan,” jelas Hendro.Bisnis ini juga penuh risiko. Anakan anjing cukup rentan terhadap penyakit parvo, rabies, atau distemper. “Dulu kennel saya pernah kena virus, dari 12 anakan, sisa tiga yang hidup,” kenang Tedy. Jadi, breeder juga kudu siap keluar biaya ekstra, seperti vitamin dan dokter.Selain itu, breeder juga harus mendaftarkan kennel kepada asosiasi. Indonesia memiliki dua asosiasi kennel: Perkumpulan Kinologi Indonesia atawa Perkin dan Asosiasi Kennel Seluruh Indonesia (AKSI). Anda tinggal mengisi formulir pendaftaran di salah satu asosiasi tersebut dan menyiapkan sejumlah dana untuk iuran. “Kalau AKSI sekitar Rp 200.000 per bulan,” terang Hendro. Tiap breeder harus melaporkan dan membayar biaya sekitar Rp 10.000 setiap kali mereka ingin melakukan pemacakan. Kemudian, mereka harus membayar biaya tato dan stambum atas tiap anakan yang lahir. “Biayanya Rp 60.000 per ekor,” ucap Tedy. Tantangan lain, pemain baru biasanya sulit pasang harga tinggi karena harus bersaing dengan kennel yang lebih dulu eksis. Meski begitu, bisnis breeder tetap prospektif. Permintaan anjing ras tak pernah hilang, meski sensitif terhadap laju perekonomian yang menentukan daya beli konsumen. “Tapi tak usah khawatir kalau kita sudah mencetak anakan yang berkualitas, pasti pembeli akan mencarinya,” ujar Hendro. Ketiga pemilik kennel ini bilang, pemain baru bisa mencapai titik impas di tahun kedua. “Tahun pertama sudah menutup ongkos kita cari indukan,” papar Tedy. Guk... guk! Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News