Populasi Turun 550.000 Jiwa Akibat Perang, Putin Imbau Perempuan Rusia Punya 8 Anak



KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Rusia Vladimir Putin menuntut perempuan Rusia untuk melahirkan sekitar tujuh, delapan atau lebih anak untuk menghentikan kemerosotan populasi.

Melansir Dailymail.co.uk, hal tersebut mengingat bahwa tidak mungkin menyelesaikan masalah kemerosotan demografis yang dahsyat di Rusia dengan lebih banyak uang, tunjangan dan pembayaran sosial. Itulah sebabnya Putin mendesak warga Rusia untuk memiliki lebih banyak anak. 

Hal tersebut dia ungkapkan saat berbicara melalui tautan video di Dewan Rakyat Rusia Sedunia pada hari Selasa (28/11/2023).


"Banyak masyarakat kita yang mempertahankan tradisi keluarga, di mana empat, lima atau lebih anak dibesarkan. Ingatlah bahwa di keluarga Rusia, nenek dan nenek buyut kita memiliki 7 dan 8 anak. Mari kita melestarikan dan menghidupkan kembali tradisi-tradisi ini,” kata Putin.

Dia menambahkan, “Memiliki banyak anak, sebuah keluarga besar, harus menjadi sebuah norma, sebuah gaya hidup bagi seluruh rakyat Rusia. Keluarga bukan sekadar landasan negara dan masyarakat, melainkan fenomena spiritual, sumber moralitas," lanjutnya.

Baca Juga: Vladimir Putin: Rusia Jauh Lebih Ambisius Soal AI

Putin sendiri diyakini memiliki setidaknya enam anak, dengan tiga pasangan. Meski secara terbuka ia hanya mengakui dua anak perempuan.

Banyak yang menyalahkan perang di Ukraina sebagai penyebab penurunan angka kelahiran dan peningkatan kematian secara besar-besaran. Kondisi itu menurunkan popularitas Putin menjelang pemilu Maret 2024. 

Data yang dihimpun Dailymail.co.uk menunjukkan, populasi Rusia turun sekitar 550.000 jiwa pada tahun pertama invasinya, di mana banyak keluarga yang enggan memulai sebuah keluarga di tengah ketidakpastian ekonomi dan konflik.

Sementara, Putin menuntut perubahan besar dalam sikap masyarakat Rusia yang orangtuanya saat ini rata-rata hanya memiliki 1,42 anak.

Rusia telah mengalami penurunan angka kelahiran yang mengejutkan sejak sebelum runtuhnya Uni Soviet.

Baca Juga: Korea Utara Sukses Luncurkan Satelit Mata-mata, Meskipun Menuai Kecaman Internasional

Para ahli demografi menyebut krisis ekonomi dan peraturan aborsi yang ketat sebagai penghalang bagi calon orang tua.

Angka harapan hidup hampir tidak meningkat sejak tahun 1991, dan hanya mencapai 71,34 tahun pada tahun 2020. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie