JAKARTA. Kepemilikan dana asing di surat berharga negara (SBN) mengalami penurunan sejak awal tahun 2013. Per 14 Januari, dana asing menyusut 1,11% dari awal tahun menjadi Rp 268,53 triliun. Berdasarkan situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, posisi dana asing di SBN terus tergerus sejak awal Januari. Memang kepemilikan SBN yang dapat diperdagangkan juga turun dari Rp 820,27 triliun per 4 Januari menjadi Rp 815,92 triliun. Namun, porsi kepemilikan asing juga turun dari 33,1% di awal tahun menjadi 32,91%. Direktur Strategis dan Portofolio Utang DJPU, Schneider CH Siahaan menduga, sebagian investor asing ingin melakukan ambil untung di pasar surat utang negara (SUN). Menurutnya, investor ingin mengantisipasi penurunan harga obligasi sehinga menjual SBN saat ini.
Selepas lelang perdana SBN pada 15 Januari lalu, kepemilikan asing di SBN hanya naik tipis menjadi Rp 268,82 triliun. "Masih terbatasnya laju pembelian asing karena adanya pelemahan rupiah serta ekspektasi masih belum membaiknya
current account Indonesia," imbuh Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara DJPU, Kamis (17/1). Loto menambahkan, investor tampaknya juga berharap adanya koreksi imbal hasil pada level yang lebih menarik dibanding akhir tahun. Maklum, harga SUN acuan seri FR0065 bertenor 20 tahun terus turun dalam sepekan terakhir. Sedangkan, harga SUN acuan bertenor lima tahun dan 10 tahun cenderung stagnan dalam dua hari terakhir. Analis Obligasi AM Capital Indonesia, Helmi Therik menilai, investor asing agaknya mengantisipasi pelemahan kurs rupiah yang dapat menggerus potensi keuntungan. Investor juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti peninjauan kembali rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah dan masih defisitnya neraca berjalan. "Investor asing akan mengamati kondisi internal dan eksternal hingga bulan depan. Jika kondisi membaik, barulah asing kembali masuk," tutur Helmi. Kondisi ini berkebalikan dengan pasar saham yang masih mencatat nilai beli bersih oleh asing. Sejak awal tahun hingga penutupan bursa saham kemarin, asing mencetak nilai beli bersih Rp 3,41 triliun. Namun, Helmi bilang, porsi asing di SBN tidak beralih ke pasar saham. Ia menambahkan, SBN dan saham memiliki perbedaan dari profil risiko. Selain itu, pergerakan saham masih konsolidasi.
Head of Debt Research PT Danareksa Sekuritas Yudistira Slamet mengatakan, investor asing memasang strategi berbeda sejak 2010. Asing tidak lagi tertarik masuk ke saham karena harga saham di Indonesia relatif lebih mahal dibanding regional. Porsi akan meningkat Helmi bilang, faktor internal yang menjadi pertimbangan investor adalah menanti langkah pemerintah dalam menyiasati lonjakan impor. Tingginya impor ini memberi tekanan pada neraca berjalan. Di sisi lain, investor juga mengamati gejolak internal rencana pemerintah menaikkan BBM untuk menahan konsumsi yang tidak produktif. Sementara dari faktor eksternal, terkoreksinya harga komoditas membatasi laju ekspor Indonesia yang banyak ditopang dari sektor tersebut.
Head of Debt and Capital Markets Trimegah Securities Soni Pande optimistis, kepemilikan asing akan meningkat dibanding tahun lalu. Menurutnya, asing akan masuk di obligasi tenor panjang karena meyakini tenor ini stabil dan bisa memberikan
return yang lebih baik. Meskipun aliran dana asing masih akan terus masuk, Soni memproyeksi, asing akan berhati-hati seiring masih banyaknya tekanan. Tekanan itu berasal dari pelemahan nilai tukar rupiah. "Asing akan mengurangi risiko pelemahan kurs. Jika rupiah terus mengalami tekanan, asing akan keluar dari obligasi," kata Soni. Akibat tekanan tersebut, imbal hasil SUN masih berada di zona terberat. Volatilitas tahun ini diproyeksikan lebih tinggi dari tahun lalu. Meskipun masih ada ruang kenaikan imbal hasil, kecenderungan tekanan jauh lebih besar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati